Dia ialah al-Allamah al-Muhaddis Syeikh Muqbil bin Hadi bin Qayidah al-Hamdani al-Wadi’i al-Khilali rahimahullah. Dia ialah duri bagi para pengusung kebatilan, baik dari kalangan Syiah Rafidah, Khawarij, Teroris, Liberalis, Komunis, Sufiyyah dan kelompok-kelompok sesat lainnya.
Dia ialah sosok yang dikenal dengan kejujuran, keikhlasan, iffah (menjaga kehormatan dan harga diri), kesabaran, zuhud dalam kehidupan dunia, berjalan di atas aqidah yang benar dan manhaj salafi yang lurus, sikap bijak, santun, lembut, keberanian, serta tampil menyerukan kebenaran. Sungguh sosok dia mengingatkan dengan sosok para ulama' salafus soleh, terutama sosok Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah.
Syeikh Muqbil bin Hadi al-Wadi'i rahimahullah dilahirkan pada tahun 1352 H di Dammaj, Yaman, sebuah lingkungan Zaidiyah (salah satu kelompok syiah) yang bercirikan tasauf, muktazilah dan berbagai bid'ah lainnya.
Belajarnya
Syeikh Muqbil rahimahullah memulai pelajarannya di Maktab di sebuah kampung yang bernama al-Wathan Dammaj, Yaman beberapa lama kemudian berhenti kerana tidak ada yang membiayainya belajar.
Kemudian dia bersafar ke Riyadh, Arab Saudi dan tinggal di sana sekitar sebulan setengah. Ketika cuaca Riyadh berubah maka dia berangkat ke Makkah. Dia meminta petunjuk kepada sebahagian penceramah tentang kitab-kitab yang bermanfaat yang akan dia beli, maka dia dinasihati agar membeli kitab Sahih Bukhari, Bulughul Maram, Riyadus Salihin dan Fathul Majid.
Dia bekerja sebagai penjaga sebuah gedung di Hajun sambil menelaah kitab-kitab tersebut. Dia sangat tertarik dengan kandungan kitab-kitab tersebut kerana amalan manusia di negerinya sangat berbeza dengan yang ada dalam kitab-kitab tersebut.
Setelah beberapa lama beliau pulang ke negerinya Yaman dan mulai mengingkari kemungkaran-kemungkaran yang dilakukan kaumnya. Seperti menyembelih untuk selain Allah, meminta kepada orang-orang yang sudah mati, membangun kuburan dan kesyirikan-kesyirikan lainnya.
Reaksi yang muncul dari kaumnya begitu keras, lebih-lebih dari orang Syiah yang memandang Syeikh Muqbil sudah merubah agamanya sehingga pantas dibunuh. Mereka memaksa Syeikh Muqbil untuk belajar di Masjid Jami’ al-Hadi untuk menghilangkan syubhat-syubhatnya.
Kemudian dia berangkat ke Najran dan tinggal di sana selama dua tahun belajar kepada Majduddin al-Muayyid. Setelah itu berangkatlah di ke Makkah bekerja di waktu siang dan belajar di waktu malam.
Ketika dibuka Maahad al-Haram al-Makki, dia mendaftarkan diri dan diterima sehingga dia menyelesaikan pendidikan Mutawassitah dan Tsanawiyah. Kemudian dia menuju ke Madinah dan masuk ke Jamiyah Islam Madinah di Fakulti Dakwah dan Fakulti Usuluddin.
Ketika dibuka Fakulti Pasca Sarjana di Jamiyah Islam Madinah, dia mendaftarkan diri dan diterima. Risalah Masternya adalah tahqiq kitab Ilzamat dan Tatabbu’ oleh Imam Daruqutni.
Syeikh Muqbil berkata, “Setelah ini semua, aku tinggal di perpustakaanku. Hanya beberapa saat berdatanganlah sebahagian saudara-saudara dari Mesir, maka aku buka pelajaran-pelajaran dari sebahagian kitab-kitab hadis dan kitab-kitab bahasa. Dan masih saja para thalabul ilmi berdatangan dari Mesir, Kuwait, Haramain, Najd, ‘Adn, Hadramaut, Al-Jazair, Libia, Somalia, Belgia dan dari kebanyakan negeri-negeri Islam dan yang lainnya.
Gunung-gunung dan pasir serta lembah-lembah menjadi saksi bagi Abu Abdirrahman (nama kunyah Syeikh Muqbil) dalam penyebaran sunnah dan kesabarannya dalam menanamkan pada hati manusia serta permusuhannya terhadap bid’ah dengan fadilah dari Allah Subhanahu wa Taala.
Mendirikan Maahad Darul Hadis
Se
pulang dia dari belajar di negeri Tauhid dan Sunnah Kerajaan Arab Saudi, dia mulia merintis taklim dan dakwah di Yaman. Maka Allah Azza wa Jalla membukakan pintu kemenangan dan keberhasilan baginya dalam wujud yang sangat besar. Dengan diiringi dan dibantu oleh teman sepejuangannya sekaligus murid besarnya, al-Allamah Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab al-Wusabi hafizahullah, berdirilah madrasahnya di kampung Dammaj, Yaman, yang diberi nama Maahad Darul Hadis.
Sungguh Allah berkahi dakwah dan perjuangannya. Madrasahnya menjadi madrasah yang sarat dengan ilmu. Berbagai disiplin ilmu agama diajarkan di sana. Dengan dilandasi keikhlasan niat, kesungguhan, kasih sayang, akhlaq mulia, kesantunan, jauh dari sikap brutal dan ekstrim. Para murid berdatangan dari seantero dunia Islam dari seluruh penjuru dunia. Kalau dulu dikatakan bahwa tidak ada seorang ulama' yang paling banyak didatangi oleh para ahli hadis dari berbagai penjuru negeri seperti al-Imam Abdurrazzaq As-Shan’ani rahimahullah.
Maka pada masa ini, tidak berlebihan kalau dikatakan bahawa tidak ada seorang ulama' yang paling banyak didatangi oleh para penuntut ilmu dari berbagai penjuru negeri seperti Syeikh Muqbil al-Wadi’i rahimahullah.
Jerih payah upaya dakwah beliau (tentunya setelah pertolongan dan taufiq dari Allah ‘Azza wa Jalla) benar-benar membuahkan hasil yang sangat indah di Yaman dan dunia Islam pada umumnya. Dakwah Salafiyyah Ahlus Sunnah wal Jamaah menjadi dikenal, dihormati dan diterima serta diikuti oleh umat.
Guru-gurunya
Di antara guru-gurunya yang paling masyhur ialah:
1. Syeikh Abdul Aziz bin Baz (dia pernah hadir mengikuti sebahagian halaqah ilmunya di Haramun Madani iaitu pada kitab Sahih Muslim)
2. Syeikh Muhammad Nasiruddin al-Albani (dia mengambil faedah darinya pada pertemuan khusus para thalabatul ilmi dan pada kesempatan-kesempatan yang lainnya).
3. Syeikh Abdul Aziz bin Rasyid An-Najdi
4. Syeikh Muhammad bin Abdillah As-Soumali
5. Syeikh Muhammad al-Amin al-Misri
6. Syeikh Hammad bin Muhammad al-Ansari
7. Syeikh Abdul Aziz As-Subail
8. Syeikh Abdullah bin Muhammad bin Humaid
Semangatnya dalam Berpegang dengan As-Sunnah
Dia termasuk orang yang teguh untuk bepegang dengan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh kerana itulah Allah Subhanahu wa Taala memuliakan sebutannya. Sebagaimana ditegaskan oleh Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah: “Sesungguhnya Allah memuliakan seseorang sesuai dengan kadar berpegang teguhnya dia dengan As-Sunnah.”
Di antara ucapan yang sering dia katakan ialah: “Sunnah Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam tidak akan kita tinggalkan meskipun kita harus menggigitnya dengan gigi kita.”
Sikapnya terhadap Pemahaman Salafus Soleh
Dia rahimahullah mengatakan: “Kita beribadah kepada Allah dengan pemahaman salafus soleh yang sesuai dengan dalil. Dan kita katakan: Sesungguhnya mereka telah mendahului kita dalam setiap kebaikan. Apalagi sudah jelas sanjungan terhadap mereka, seperti firman Allah Subhanahu wa Taala:
وَالسَّابِقُونَ اْلأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَاْلأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Ansar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.” (At-Taubah: 100)
Dan sabda Nabi sallallahu alaihi wa sallam:
خَيْرُكُمْ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
“Sebaik-baik kalian adalah generasiku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Dalam hadis ini terdapat isyarat bahwasanya harus mengambil sesuai dengan pemahaman mereka.
Sikap Bijaknya
Syeikh Muqbil rahimahullah adalah seorang yang bijak dalam berdakwah mengajak manusia ke jalan Allah di tengah-tengah masyarakat dan kaumnya, beliau bukanlah sosok yang kasar dan brutal. Sebab beliau tahu bahwa dakwah ini bukan ditegakkan di atas tindakan revolusioner dan pemberontakan. Cara seperti itu (revolusioner dan pemberontakan) sudah dilakukan sebagian kelompok, yang akhirnya justru menimbulkan kejelekan; memecah belah persatuan kaum muslimin serta menjadikan tercorengnya citra Islam dan kaum muslimin di mata penduduk dunia.
Padahal dakwah ini dibangun di atas dasar hikmah dan nasehat yang baik, sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla:
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
“Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (An-Nahl: 125)
Diapun selalu menganjurkan agar bertahap dalam memberikan pelajaran dan dakwah, agar jangan sampai ada yang bersemangat tapi tidak mempunyai hikmah dan ilmu. Di antara anjuran beliau, hendaknya seorang penuntut ilmu ketika kembali ke kampung halamannya jangan kemudian solat dengan memakai sandal di dalam masjid. Karena orang di sekitarnya tentu akan menganggapnya sebagai kemungkaran dan akan memicu fitnah. Sedangkan solat dengan sandal adalah sunnah, bukan wajib.
Sikap Santun dan Kehati-hatiannya
Dia betul-betul berhati-hati dan tenang dalam menghadapi persoalan. Betapa sering dia berupaya memperbaiki satu permasalahan dan bersabar menghadapi para penentangnya, dengan harapan mudah-mudahan suatu ketika mereka menjadi baik. Namun kalau tidak bermanfaat juga, dia bangkit menerangkan kepada masyarakat tentang kejelekannya dan membongkar syubhat-syubhatnya serta membantah hujjah-hujjah mereka yang lemah.
Dia sering ditanya tentang satu masalah dan selalu mengatakan: “Wallahu a’lam.” Betapa sering dia ditanya tentang seorang tokoh, namun dia mengatakan: “Saya menahan bicara tentang dia.” Dan dia diam selama beberapa tahun sampai sangat jelas keadaan orang tersebut. Lantas apakah ada keburukan dalam kata-kata dia sesudah itu? Sesungguhnya demi Allah, di kalangan mereka yang jujur dan adil, inilah yang dinamakan tatsabbut (teliti). Namun memang kebaikan itu tidak mungkin bisa melenyapkan celaan.
Keluhuran Jiwanya
Syeikh Muqbil rahimahullah begitu luhur jiwanya, menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak sepatutnya, menjaga diri dari meminta-minta kepada orang lain, sampai-sampai dia merasa berat memintakan kepada para muhsinin (dermawan) untuk kepentingan para muridnya. Ketika Syeikh Abdul Aziz bin Baz mengetahui hal itu maka dia mengirim surat kepada Syeikh Muqbil yang isinya, ”Tulislah permohonan wahai Abu Abdurrahman, engkau akan mendapatkan pahala darinya!”
Dia melatih para muridnya kepada sifat yang agung ini. Dia mencela dan memperingatkan dari orang-orang yang meminta-minta kepada manusia atas nama dakwah dan ini bukan bererti dia rahimahullah menyeru para penuntut ilmu agar meninggalkan taklimnya untuk berdagang. Maksud dia, makan dari hasil usaha sendiri lebih baik daripada meminta-minta. Dia rahimahullah juga berkata, ”Aku menasihatkan kepada ahli sunnah agar bersabar atas kefaikiran, kerana itulah keadaan yang Allah pilihkan kepada NabiNya sallallahu alaihi wa sallam.
Kesabarannya
Dia rahimahullah memiliki kesabaran yang sulit dicari bandingannya. Dia begitu sabar atas berbagai penyakit yang menimpanya, bersabar atas penyakit busung air yang bertahun-tahun dideritanya. Demikian pula atas penyakit lever yang menimpanya. Merupakan hal yang menakjubkan bahawa beliau dalam keadaan sakit tidak pernah meninggalkan taklimnya. Pernah suatu saat beliau menyampaikan pelajarannya dalam keadaan tangannya diikat dengan perban ke lehernya.
Murid-muridnya
Beberapa murid-murid Syeikh Muqbil yang menonjol, murid-muridnya sangat banyak sekali tidak ada yang mengetahui jumlah mereka kecuali Allah, disebutkan beberapa di antaranya yang menonjol dari kalangan muallifin (penulis buku), para dai-dai dan selain mereka:
1. Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab al-Wusabi
2. Syeikh Yahya bin Ali al-Hajuri
3. Syeikh Mustafa bin al-Adawi
4. Syeikh Abdul Aziz bin Yahya al-Bura’i
5. Syeikh Usamah bin Abdul Latif al-Kushi, penulis kitab al-Azan
6. Syeikh Abdullah bin Usman Ad-Damari, beliau terkenal sebagai pemberi ceramah kalangan Ahlussunnah di Yaman
7. Syeikh Ahmad bin Ibrahim Abul Ainain al-Misri
8. Syeikh Muhammad bin Abdillah al-Imam Abu Nasr Ar-Raimi
9. Syeikh Mustafa bin Ismail Abul Hasan As- Sulaimani al-Maghribi
10. Syeikh Abdul Musawwir bin Muhammad al- Ba’dani
11. Syeikh Yahya bin Ali al-Muri
12. Syeikh Abdur Raqib bin Ali al-Ibbi
13. Syeikh Qasim bin Ahmad Abu Abdillah At-Taizi
14. Syeikh Jamil bin Ali Asy-Syaja’ As-Sabari
15. Syeikh Ali bin Abdillah Abul Hasan Asy-Syaibani
16. Syeikh Auf bin Abdillah al-Bakkari Abu Harun
17. Syeikh Usman bin Abdillah al-Utmi
18. Ummu Abdillah binti Muqbil bin Hadi al-Wadi’i, penulis kitab As-Sahihul Musnad min Asy-Syamaili Al-Muhammadiyyah dan yang lainnya.
19. Ummu Syu'ib, isteri keduanya
20. Ummu Salamah, isteri ketiganya
Kebenciannya yang Sangat Besar terhadap Terorisme
Dia sangat membenci gangguan keamanan dan munculnya kegelisahan serta rasa takut pada kaum muslimin.
Tentang sabda Nabi sallallahu alaihi wa sallam:
أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ وَيُقِيمُوا الصَّلاَةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلاَّ بِحَقِّ اْلإِسْلاَمِ وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللهِ
“Saya diperintah untuk memerangi manusia sampai mereka mengucapkan syahadat bahawa tidak ada berhak diibadahi kecuali Allah, dan Muhammad itu adalah Rasul Allah, mendirikan solat dan menunaikan zakat. Jika mereka melakukannya, maka terjagalah dariku darah dan harta mereka kecuali dengan hak Islam dan perhitungan mereka di sisi Allah.”
Syeikh Muqbil rahimahullah menjelaskan: “Dalam hadis ini terdapat bantahan terhadap kelompok-kelompok (sesat) yang ada sekarang ini, seperti Jamaatut Takfir (kelompok yang selalu mengkafirkan orang lain yang tidak segolongan dengannya) yang menganggap halal darah kaum muslimin. Juga Jamaatul Jihad (kelompok yang mengaku mujahidin, padahal teroris) yang juga menganggap halal darah kaum muslimin. Anggaplah bahawa pemerintah itu kafir dan rakyatnya muslim, tentu akan terjadi bencana di atas kepala rakyat muslim yang pantas dikasihani ini.
Demikian pula bantahan terhadap para tokoh revolusioner, yang mengarahkan masyarakat untuk melakukan tindakan revolusi, pemberontakan (dan sejenisnya).”
Dan ketika dia ditanya tentang para turis, apakah mereka terhitung mu’ahad?
Dia menjawab: “Di antara mereka ada yang datang untuk merosak di negeri kaum muslimin, ada pula yang menjadi mata-mata. Akan tetapi melampaui batas (yakni dengan menyerang) terhadap mereka justru hanya menimbulkan kekacauan. Saya tidak menganjurkan hal ini (menyerang mereka). Demikian pula halnya semua yang dapat menimbulkan kekacauan, tidak boleh."
Membunuh para wisatawan asing adalah suatu kesalahan. Kami tidak tahu kecuali akibatnya yang satu menyerang yang lain. Akhirnya dakwah terbengkalai, begitu juga dengan pendidikan, pertanian dan perdagangan. Namun perlu diingat pula bahwa ini bukan berarti kami ridha dengan (kedatangan) mereka.”
Inilah sikap kaum mukminin. Mereka tidak ingin menimbulkan gangguan keamanan. Berbeda dengan orang-orang munafik, mereka sangat antusias terhadap hal-hal seperti ini. Allah Subhanahu wa Taala berfirman :
لَئِنْ لَمْ يَنْتَهِ الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ وَالْمُرْجِفُونَ فِي الْمَدِينَةِ لَنُغْرِيَنَّكَ بِهِمْ ثُمَّ لاَ يُجَاوِرُونَكَ فِيهَا إِلاَّ قَلِيلاً
“Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang menyebarkan kabar bohong di Madinah (dari menyakitimu), niscaya Kami perintahkan kamu (untuk memerangi) mereka, kemudian mereka tidak menjadi tetanggamu (di Madinah) melainkan dalam waktu yang sebentar."(Al-Ahzab: 60)
Meresahkan kaum muslimin adalah haram secara syar’i. Diriwayatkan oleh Abu Daud dalam Sunannya (2/720) dan Ahmad dalam Musnadnya (5/362) dari Abdurrahman bin Abi Laila:
قَالَ: حَدَّثَنَا أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْهُ، أَنَّهُ قَالَ: لاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يُرَوِّعَ مُسْلِمًا
“Katanya: Para sahabat Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa sallam bercerita kepadaku, bahawa beliau (Nabi) bersabda: “Tidak halal bagi seorang muslim untuk mengejutkan dan membuat takut muslim lainnya.”
Hadits ini sahih, Syeikh Muqbil menyebutkannya dalam karya beliau As-Sahihul Musnad mimma Laisa fis-Sahihain (2/418).
Sikapnya terhadap Usamah bin Laden
Terhadap salah satu tokoh teroris international nomor wahid ini, Syeikh Muqbil rahimahullah mengatakan:
“Aku berlepas diri di hadapan Allah dari (kesesatan) Usamah bin Laden. Dia merupakan kejahatan dan musibah terhadap umat ini dan kegiatannya adalah kegiatan kejahatan.”
Dia juga berkata:
“Kami semua berlepas diri darinya dan kegiatan-kegiatannya sejak jauh sebelum ini. Realiti menyaksikan bahawa kaum muslimin yang hidup di negeri-negeri Barat tertekan dengan sebab adanya gerakan-gerakan yang diperanankan oleh kelompok Ikhwanul Muslimin dan kelompok-kelompok lainnya. Wallahul Musta’an.”
(Dari akhbar Ar-Ra'yul Am Kuwait tanggal 19 Disember 1998).
Dalam kitab Tuhfatul Mujib, transkrip ceramahnya berjudul Di Sebalik Peristiwa Peledakan-Peledakan di bumi al-Haramain, Syeikh Muqbil berkata:
“Di antara contoh-contoh fitnah (yang menimpa kaum muslimin) adalah fitnah yang sudah hampir menguasai Yaman yang dihembuskan oleh Usamah bin Laden … .”
” … untuk menjelaskan kepada umat bahawa urusan agama ini tidak boleh diambil dari orang semisal Usamah bin Laden, al-Mis’ari, atau yang semisalnya. Tapi urusan agama ini harus diambil dari kalangan ulama' … Bahkan sesungguhnya umat ini masih sangat memerlukan seribu ulama' seperti Syeikh bin Baz dan seribu ulama' lain seperti Syeikh al-Albani.”
Karya-karyanya
Dia juga meninggalkan karya-karya tulis yang sangat banyak. Kebanyakannya dalam bidang ilmu hadis. Dia sangat perhatian terhadap seleksi hadis, mana yang sahih mana yang bukan. Dan memang dia termasuk salah seorang ulama' ahlul hadis abad ini. Karya-karya besarnya kebanyakannya dia tulis dengan kaedah para ulama' ahlul hadis. Karya-karya tersebut menjadi rujukan penting kaum muslimin sekaligus termasuk khazanah keilmuan yang sangat penting.
a. Kitab-kitab yang Terbit Semasa Hidupnya
1. As-Sahih al-Musnad min Asbabin Nuzul
2. al-Ilzamaat wat-Tatabbu’
3. Asy-Syafa’at
4. As-Sahih al-Musnad mimma laisa fis-Sahihaini
5. As-Sahih al-Musnad min Dalaailin Nubuwwati
6. al-Jami’u As-Sahih fil-Qadari
7. al-Jami’u As-Sahih mimma laisa fis-Sahihaini (tersusun sesuai dengan bab-bab fiqhiyyah)
8. Tatabbu’u Awhamil Hakim fi al-Mustadrak al-lati lam yunabbih ‘alaiha Az-Zahabi ma’a Tarajimi lir-ruwati allazina laisu min rijali Tahzibi At-Tahzib
9. As-Suyufu al-Bathirat li ilhadi As-Syuyuiyyah al-Kafirah
10. Ijabatu As-Saili ‘an ahammi al-Masaili
11. Fatwa fi Wihdatil Muslimiin ma’al-Kuffar
12. Dan dia juga mempunyai sekitar 33 karya yang lain.
b. Kitab-kitab yang Belum di Cetak Sampainya Wafat
1. al-Jamius Sahih minat Tafsiri bil Matsur (sekarang proses cetak)
c. Kitab-kitabnya Yang Hilang
1. al-Kufah li Ashari An-Nikah
d. Kitab-kitab yang Tidak di Cetak Lagi
1. al-Qaulul Amin Fi Fadha-ih al-Muzabzabin (kerana dia banyak menarik kembali pendapat dia)
2. Hazihi Dakwatuna wa ‘Aqidatuna (naskah lama)
Rahmah dan Kasih Sayangnya
Dia menyayangi semuanya, tua muda, laki-laki dan perempuan. Bahkan anak-anak kecil sangat menyukai dia kerana kedudukan dan kebaikannya terhadap mereka. Dia pantas dikatakan demikian, tanpa harus berlebihan. Boleh dikatakan bahawa dia termasuk orang yang paling penyayang terhadap sesamanya di zaman ini. Terutama terhadap para penuntut ilmu, di mana dia memandang mereka sebagai anak-anaknya sendiri.
Dia sering juga merasakan kesulitan bila terjadi kekurangan dari keperluan para penuntut ilmu. Bahkan dia pernah mengatakan bahawasanya dia tidak pernah menemukan kesulitan yang lebih berat dirasakannya daripada hal ini.
Dia sering manfaatkan waktu untuk duduk bersama orang banyak dengan memberikan nasihat, pengarahan, faedah dan diskusi. Sehingga hampir tidak ada yang keluar dari majlis itu melainkan sudah mendapatkan faedah.
Nasihat-nasihatnya sangat disenangi dan beliau memilih yang sesuai dengan pemahaman mereka tanpa membosankan. Dan kalimat-kalimat yang ringkas tidak akan membosankan siapapun.
Di antara sifat rahmatnya, dia mengirim para da’i yang mengajak ke jalan Allah ke seluruh daerah di Yaman bahkan juga ke luar Yaman untuk menyebarkan dien Allah, mengajari manusia kebaikan dan mentahzir mereka dari kejahatan.
Dari sifat rahmatnya, dia selalu menumbuhkan kecintaan terhadap ilmu di hati murid-muridnya. Dia selalu menyebutkan keadaan yang dialami salafus soleh, berupa kesabaran menempuh kesulitan dalam mencari ilmu.
Kezuhudan, Kesederhanaan, Kedermawanan dan Wara’nya.
Syeikh Muqbil dikenal dengan kezuhudannya dan dia biasakan para muridnya atas sifat yang mulia ini. Dia sampaikan kepada mereka bahawa dengan sifat inilah mereka akan mendapatkan ilmu. Dia sangat sederhana dalam tempat tinggal, pakaian dan makanannya.
Di antara hal yang menunjukkan kezuhudannya pada dunia, dia wakafkan tanah dia yang luas untuk tempat tinggal para muridnya yang sekarang ditempati sekitar 250 rumah (Darul Hadis, Dammaj).
Dia memiliki sifat tawadhu’ yang tiada bandingannya. Jika dia sedang berjalan kemudian dipanggil oleh seorang anak kecil maka dia langsung berhenti, menyapanya dan menanyakan apa yang dikehendaki. Ketika dia di majlis taklimnya datanglah seorang anak kecil, dia hentikan pelajarannya dan berkata anak kecil itu kepadanya, "Aku ingin membaca sebuah hadits di mikrofon." maka beliau dudukkan anak kecil tersebut di depannya untuk membaca hadis yang dikehendakinya.
Dia dikenal dengan sifat wara’, tidak pernah tersisa dana dakwah disisinya kerana selalu dia serahkan kepada yang memerlukannya.
Kegigihannya Dalam Mempelajari dan Menyampaikan Ilmu
Dia begitu gigih di dalam mengajarkan ilmu. Satu jam sebelum Zuhur dia mengajarkan kitabnya Sahih Musnad mimma Laisa fi Shahihain, setelah itu kitab Jami’ Sahih Musnad mimma Laisa fi Sahihain. Sesudah solat Zuhur dia mengajarkan Tafsir Ibnu Katsir dua hari sekali berselang-seli dengan kitab Sahih Musnad min Asbabin Nuzul. Ketika kitab yang akhir ini selesai dia gantikan dengan kitab Jami’ Sahih. Sebelum zuhur dia menelaah pelajaran di rumahnya selama 1/4 jam.
Sesudah Asar dia mengajarkan kitab Sahih Bukhari dan sesudah Maghrib mengajarkan Sahih Muslim dan kitabnya Ahadisu Mu’allah Zahiruha Shihhah. Selesai dari kitab yang akhir ini dia menggantinya dengan kitabnya Gharatul Fishal alal Mu’tadin ala Kutubil Ilal. Selesai dari kitab yang akhir ini dia mengajarkan kitabnya Dzammul Mas’alah, kemudian setelah selesai diganti dengan kitab Sahih Musnad min Dalail Nubuwwah. Bersama kedua kitab ini dia ajarkan juga kitab Mustadrak dan kitabnya Sahih Musnad fil Qadar. Demikianlah urut-urutan taklimnya hingga dia wafat.
Jika dia berbicara tentang rijal maka dia ialah pakarnya, jika dia sedang bincang dengan murid-muridnya dalam masalah nahwu maka seakan-akan tidak ada selain dia yang mengetahui disiplin ilmu ini, jika dia berbicara tentang ilal maka membuat terhenyak orang yang ada dihadapannya. Demikian juga dia memiliki kecepatan luar biasa di dalam menghadirkan dalil-dalil dari Kitab dan Sunnah.
Wafatnya
Syeikh Muqbil bin Hadi al-Wadi'i rahimahullah wafat pada malam Ahad, 1 Jamadilawal 1422 H/22 Julai 2001 M, setelah Isyak di Jeddah dalam usia sekitar 70 tahun. Dia disolatkan setelah subuh, kemudian dikebumikan di perkuburan Al-‘Adl di Makkah di samping makam Syeikh Abdul Aziz bin Baz dan Syeikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahumullah.
Semoga Allah merahmati Syeikh Muqbil dan menempatkannya di jannahNya yang tertinggi. Serta menjadikan segala jerih payah dan amal usahanya termasuk timbangan amal solehnya di sisiNya. Amin.
Disusun oleh:
M.A.Uswah,
5 Agustus 2010.
Rujukan:
- Barisan Ulama Pembela Sunnah Nabawiyah oleh Abu Aisyah Arif Fathul Ulum, Media Tarbiyah, Bogor, Januari 2006
- http://ittibausalafpress.blogspot.com/2009/10/lebih-dekat-lagi-dengan-syaikh-muqbil.html
- http://warisansalaf.wordpress.com/2010/06/12/warisan-daftar-kitab-kitab-syaikh-muqbil-bin-hadi-al-wadii-rahimahullah