Syeikh Muhammad Musa Nasr
Bulan Ramadhan adalah bulan dibukanya pintu-pintu syurga, ditutupnya pintu-pintu neraka, dan syaitan-syaitan dibelenggu. Pada bulan itu, turun dua malaikat, yang pertama mengatakan: “Wahai orang yang mengharap kebaikan, datanglah!”. Yang kedua mengatakan: “Wahai orang yang mengharap kejahatan, tahanlah!”. Dalam bulan itu terdapat satu malam, barangsiapa diharamkan pada malam itu maka ia telah diharamkan dengan kebaikan yang banyak. Ia adalah suatu malam yang diputuskan setiap perkara yang bijaksana. Sesunguhnya malam itu adalah Lailatul Qadar, yang satu malam di dalamnya lebih baik dari seribu bulan.
Sesungguhnya, mencukupkan diri dengan petunjuk Nabi dalam setiap ketaatan adalah perkara yang sangat penting, khususnya (mencukupkan diri dengan) petunjuk Nabi sallallahu alaihi wasallam pada bulan Ramadhan. Kerana amal soleh seseorang tidak diangkat kecuali jika apabila ia ikhlash kerana Allah dan hanya mengikuti tuntunan Rasulullah sallallahu alaihi wasallam. Sesungguhnya ikhlas dan mutaaba’ah (mengikuti Rasulullah sallallahu alaihi wasallam) merupakan dua syarat esensial diterimanya amal soleh. Keduanya ibarat dua sayap burung, maka alangkah jauhnya (dari realiti) jika ada burung yang terbang dengan satu sayap!
Di dalam risalah ini -wahai para pembaca budiman-, kita akan mempelajari bagaimana keadaan Nabi sallallahu alaihi wasallam di dalam bulan Ramadhan secara singkat dan ringkas, dengan harapan agar semoga anda dapat mengetahui dengan jelas petunjuk baginda sallallahu alaihi wa sallam. Ketahuilah, barangsiapa yang tidak bersama Rasul di dalam mengikuti petunjuknya di dunia ini, niscaya dia tidak akan bersama beliau di akhirat kelak. Karena setiap kesuksesan ada pada ittiba’ (mengikuti) Rasulullah sallallahu alaihi wasallam baik secara zhahir maupun bathin, dan hal ini tidak akan diperoleh kecuali dengan ilmu yang bermanfaat, dan ilmu yang bermanfaat tidak bakal dapat dicapai melainkan dengan amal yang shalih. Maka buah ilmu yang bermanfaat adalah amal yang shalih.
Wahai hamba Allah, inilah penjelasan sebagian keadaan-keadaan Rasulullah dan petunjuk beliau dalam bulan Ramadhan [Hadis-hadis yang terdapat dalam makalah ini adalah hadis-hadis sahih, sebagian besar terdapat dalam shahih Bukahri dan Muslim, atau salah satu dari keduanya], agar anda dapat meneladaninya sehingga anda memperoleh kecintaan kepadanya dan dikumpulkan bersama Nabi sallallahu alaihi wasallam kelak.
Berikut ini kami kemukakan beberapa keadaan dan petunjuk Nabi sallallahu alaihi wa sallam di bulan Ramadhan:
* Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam tidak berpuasa hingga ru’yah (melihat) hilal dengan penglihatan yang pasti, atau dari berita seorang yang adil dalam penentuan awal bulan Ramadhan, atau menyempurnakan bilangan bulan Sya’ban menjadi 30 hari.
* Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam merasa cukup dengan persaksian satu orang, ini merupakan hujjah diterimanya khabar ahad. Tersebut dalam hadits shahih bahwa kaum muslimin berpuasa hanya dengan ru’yah yang dilakukan oleh seorang Arab Badui yang datang dari padang pasir, kemudian ia memberitahukan kepada Nabi bahwa ia telah melihat hilal, maka beliau memerintahkan Bilal agar mengumumkan untuk puasa.
* Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam melarang umatnya untuk mendahului bulan Ramadhan dengan berpuasa sehari atau dua hari (sebelumnya) dengan alasan berhati-hati, kecuali apabila ia merupakan kebiasaan salah seorang diantara kalian, oleh karena itu dilarang berpuasa pada hari yang diragukan.
* Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam berniat puasa pada malam hari sebelum fajar dan memerintahkan kepada umatnya (untuk berniat), dan hukum ini khusus untuk puasa wajib. Adapun puasa nafilah (sunnah) maka tidak wajib.
* Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam tidak menahan dari makan dan minum serta hal-hal yang membatalkan puasa hingga ia melihat fajar shadiq dengan penglihatan yang pasti, sebagai pengimplementasian firman Allah:
كُلُوْا وَ اشْرَبُوْا حَتَّى يَتَبَيّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ اْلأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ
“Dan makan dan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam yaitu fajar” (Al Baqarah : 187)
Rasulullah allallahu alaihi wa sallam menerangkan pada umatnya bahwa fajar ada dua yaitu shadiq dan kadzib. Selama fajar kadzib, tidak diharamkan makan, minum dan jima’. Rasulullah tidak pernah memberatkan umatnya baik dalam bulan Ramadhan atau selainnya, beliau tidak pernah mensyariatkan apa yang dinamakan oleh kaum muslimin ini sebagai adzan (seruan) imsak.
* Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur, serta memerintahkan umatnya untuk melaksanakan hal ini. Beliau bersabda :
لاَ تَزَالُ أُمَّتِي بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوْا الْفُطُوْرَ
“Senantiasa umatku selalu selalu dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka”.
* Jarak antara sahur beliau dan shalat fajar (shubuh) adalah kurang lebih seperti membaca 50 ayat.
* Adapun tentang akhlak baginda, maka ceritakanlah dan tidak mengapa. Sungguh Rasulullah adalah manusia yang paling baik akhlaknya. Betapa tidak, padahal sungguh akhlak beliau adalah Al-Qur’an, sebagaimana disifatkan oleh Ummul Mu’minin Aisyah radhiyallahu ‘anha. Beliau telah memerintahkan umatnya supaya berakhlak baik, terlebih lagi bagi orang yang sedang berpuasa, beliau bersabda :
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ وَعَمِلَ بِهِ فَلَيْسَ للهِ حَاجَةً فِى أَنْ يَدَعْ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan melakukannya, maka Allah tidak memerlukan ia meninggalkan makanan dan minumannya”.
* Baginda sallallahu alaihi wa sallam menjaga keluarganya dan memperbaiki cara bergaulnya dengan mereka pada bulan Ramadhan melebihi bulan lainnya.
* Puasa yang beliau kerjakan tidak menghalanginya mencium istri-istrinya atau menyentuh mereka. Namun beliau adalah seorang yang paling mampu mengendalikan syahwatnya.
* Baginda sallallahu alaihi wa sallam tidak meninggalkan siwak baik pada bulan Ramadhan atau selain bulan Ramadhan, beliau senantiasa mensucikan mulutnya.
* Nabi sallallahu alaihi wa sallam berbekam dalam keadaan berpuasa, dan beliau memberi keringanan bagi orang yang bepuasa untuk berbekam, adapun hadits yang menyelisihi hal ini telah mansukh (terhapus).
* Baginda sallallahu alaihi wa sallam berjihad di bulan Ramadhan, dan memerintahkan sahabatnya untuk berbuka agar kuat dalam menghadapi musuh.
* Di antara rahmat baginda sallallahu alaihi wa sallam kepada umatnya, iaitu bagi musafir diberi keringanan untuk tidak berpuasa, demikian juga orang yang sakit, laki-laki dan perempuan tua (jompo), perempuan hamil dan menyusui. Bagi musafir harus mengganti puasanya (dihari lain), sedangkan orang yang sudah lanjut usia, perempuan hamil atau menyusui yang khawatir terhadap diri dan bayinya, maka ia mengganti puasanya dengan memberi makan (fakir miskin).
* Baginda sallallahu alaihi wa sallam bersungguh-sungguh dalam ibadah dan shalat malam pada bulan Ramadhan melebihi kesungguhannya pada bulan-bulan lainnya, terutama pada 10 malam terakhir, beliau mencari Lailatul Qodar.
* Nabi sallallahu alaihi wa sallam beri’tikaf pada bulan Ramadhan, khususnya 10 hari yang terakhir. Pada tahun dimana beliau wafat, Nabi sallallahu alaihi wa sallam beri’tikaf selama 20 hari. Beliau tidaklah beri’tikaf melainkan dalam keadaan berpuasa.
* Adapun dalam hal mengulangi (bacaan) al-Quran, maka tidak ada seorangpun yang memiliki kesungguhan seperti kesungguhan baginda sallallahu alaihi wa sallam. Jibril menemui beliau untuk mengulangi Al Qur’an dalam bulan Ramadhan, dikarenakan bulan Ramadhan adalah bulan Al-Qur’an.
* Adapun kedermawanan beliau dalam bulan Ramadhan tidaklah dapat digambarkan. Beliau seperti angin yang berhembus (membawa kebaikan), sebagaimana keadaan orang yang tidak takut miskin.
* Nabi sallallahu alaihi wa sallam adalah mujahidin yang paling agung, puasa tidaklah menjadi penghalang baginya dari mengikuti peperangan-peperangan. Baginda sallallahu alaihi wa sallam telah mengikuti 6 peperangan dalam 9 tahun, semuanya di bulan Ramadhan. Demikian pula beliau melakukan amalan-amalan yang besar di bulan Ramadhan, diantaranya penghancuran Masjid Dhirar (masjid yang didirikan orang-orang munafik), penghancuran berhala terbesar di Jazirah Arab, menyambut utusan-utusan, menikah dengan Hafshah Ummul Mu’minin, dan membebaskan kota Mekkah (dari kekuasaan musyrikin) pada bulan Ramadhan.
Ringkasan: Bulan Ramadhan adalah bulan kesungguhan, bulan jihad dan bulan pengorbanan bagi kehidupan Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam. Tidak sebagaimana yang difahami oleh mayoritas kaum muslimin pada zaman ini, yang memahami bulan Ramadhan adalah bulan istirahat, bulan bermalas-malasan, kelemahan dan pengangguran.
Ya Allah, berilah petunjuk kepada kami untuk mengikuti NabiMu dan hidupkanlah kami di atas sunnahnya dan wafatkan kami diatas syariatnya sallallahu alaihi wa sallam.
Sumber:
Majalah Al-Ashalah edisi III hal 66-69
Mengenai Syeikh Muhammad Musa Nasr
Syeikh Muhammad Musa Nasr merupakan salah seorang murid Syeikh al-Albani yang terkenal. Syeikh al-Albani memuji dia dan biasa mendahulukannya sebagai imam di rumahnya atau ketika safar. Dan terkadang Syeikh al-Albani berkata: "Bersama kami imam kami". Dan asy-Syeikh mengirim kepada Syeikh Muhammad Musa para penuntut ilmu untuk belajar qiraah dari dia.
Ikuti lanjut profilnya:http://tamanulama.blogspot.com/2008/02/syeikh-muhammad-musa-nasr.html