Dalam Injil dikisahkan tentang proses perjalanan Nabi Isa Al Masih dalam mencapai Pencerahan Rohani, yaitu ketika ia di baptis oleh Yohanes dengan cara ditengelamkan ke dalam sungai Yordan. Kisah ini diabadikan dalam Injil.
“Pada waktu itu datanglah Yesus dari Nazaret di tanah Galilea, dan dibaptis di sungai Yordan oleh Yohanes. Pada saat itu ia ditenggelamkan dalam air, ia melihat Langit terdekat terkoyak dan Roh Kudus seperti burung merpati putih turun di atas kepalanya. (Injil, Markus 1 : 9 – 10)
Di dalam Injil juga dijelaskan secara simbolis metode Pencerahan Rohani yang dipraktekan oleh Nabi Isa dan para pengikutnya :
“Apabila kamu hendak bersembahyang, masuklah ke kamar dalammu dan pintu-pintumu hendaknya dikunci, bersembahlah kepada Tuhanmu yang terlihat dan tersembunyi itu, kepadamu akan meluluskan (mensyahkan sembayangmu)”. (Injil, Matius 6 : 6)
“Tatkala mereka turun dari atas “Gunung” itu berpesanlah Yesus kepada mereka (para pewarisnya yang baru dibaptis) : Janganlah kamu mengatakan “Penglihatannmu” itu kepada seorang juapun sebelum manusia itu bangkit dari mati”. (Injil Matius 17 : 6)
“Yesus berkata : “Sesungguhnya aku berkata kepadamu, kalau kamu tiada berbalik seperti “bayi”, sekali-kali tiada kamu mampu masuk ke dalam Kerajaan Allah”. (Injil, Matius 18 : 3)
Sampai saat ini, di dalam ajaran Kristiani terdapat metode Pencerahan Rohani yang disebut Pembaptisan (dalam Islam disimbolkan dengan teknik "Shibghatullah" = "Celupan Allah" ) dengan cara diselamkan ke dalam kolam yang berisi air, yang dibimbing oleh seorang Pendeta di dalam sebuah gereja.
Di dalam Al Qur’an juga dikisahkan secara simbolis proses Pencerahan Rohani dari seorang wanita Suci yang bernama Siti Maryam ibu kandung dari Nabi Isa Al Masih :
Dan tersebutlah kisah Maryam di dalam Al Qur’an, yaitu ketika menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebalah Timur”. (QS Maryam 19 : 16)
“Ketika akan melahirkan kandungannya ia merasa sakit dan memaksa ia bersandar pada Pangkal Pohon Korma, ia berkata : “Alangkah baiknya jika aku dapat mati saat ini sehingga aku dapat melupakan dan dilupakan seperti barang yang tidak berarti”.
“Maka Jibril menyerunya dari tempat rendah : “Jangalah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu akan menjadikan Anak Sungai di bawahmu”.
“Dan dekatkanlah pangkal Pohon Korma itu ke arah mukamu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah korma yang masak kepadamu”.
“Maka makanlah dan minumlah dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu bertemu dengan seorang manusia (dan bertanya tentang hal ini), katakanlah : “Sesungguhnya, aku telah berjanji kepada Tuhan Yang Maha Pemurah untuk berpuasa serta tidak akan berbicara pada hari ini dengan seorang manusiapun”. (QS Maryam 19 : 23 – 26).
Demikianlah kisah nabi Isa Al Masih dan Siti Maryam dalam mendapatkan pengalaman Pencerahan Rohani menemui Cahaya Allah yang diabadikan dalam Al Qur’an dan Injil yang difirmankan dalam bentuk kalimat Mutasyabihat. Oleh para Sahabat Nabi Isa Al Masih, ayat-ayat tersebut kemudian di visualisasikan dalam Simbol Yesus Yang Sedang Di Salib, yang hakekatnya merupakan perlambang orang yang menjalani metode Mati Dalam Hidup, dimana dia harus "menyalib" dirinya sendiri. Yang di salib itu adalah 4 nafsu, yaitu :
1. Amarah, yang bersumber di dua lubang telinga.
2. Lawamah, yang bersumber di satu lubang mulut.
3. Sufiah, yang bersumber di dua lubang mata.
4. Mutmainah, bersumber di dua lubang hidung.
Berikut ini penggambaran Penyaliban Yesus, yang dikaitkan dengan proses pengendalian Hawa Nafsu untuk mencapai Pencerahan Ruhani oleh Nur Ilahi :
1. Kaki Yesus di salib dimana terlihat bahwa kaki Yesus dipaku sampai tembus ke kayu salib, ini bermakna nafsu Lauwamah, posisi paling rendah, sebuah nafsu yang cenderung ke arah hewaniyah, mengajak manusia untuk berbuat buruk, serakah, tamak, dan loba. Bila ingin menuju Ilahiah, nafsu ini wajib dipaku atau dikendalikan (bukan dibunuh).
2. Tangan kiri yesus di salib, dimana terlihat tangan kiri Yesus yang dipaku diatas kayu salib merupakan perlambang nafsu Amarah, nafsu yang mengajak manusia untuk bersifat iri dan dengki, yang dapat memacu manusia untuk mencari gemerlap dunia dan kekayaan tanpa aturan. Jika nafsu ini berlebihan dan tidak dikendalikan maka manusia akan menjadi serakah. Jadi nafsu ini wajib "dipaku" juga.
3. Tangan kanan Yesus disalib, dimana terlihat tangan kanan Yesus yang dipaku, hal ini merupakan perlambang nafsu Sufiah. Nafsu yang mengajak manusia untuk mencintai dan dicintai, menghormati dan dihormati, berkuasa dan lain-lain. Jika nafsu ini berlebihan dan tidak dikendalikan maka dapat memacu manusia untuk bersifat serakah, dan melupakan Tuhannya. Jadi nafsu ini juga harus dipaku.
4. Kepala Yesus, dimana terlihat bahwa kepala Yesus tidak dipaku, inilah perlambang Nafsu Mutmainah, nafsu yang bersifat tenang dan mengajak manusia untuk ingat kepada Tuhannya dan selalu rindu untuk Liqa' Allah, sehingga dilambangkan Kepala Yesus yang tidak dipaku. Nafsu Mutmainah adalah Nafsu yang dapat memimpin ketiga nafsu lainnya, yaitu Amarah, Lawamah dan Sufiah, agar terarah ke Jalan Menuju Allah.
5. Duri di kepala Yesus, hal ini merupakan perlambang, bahwa Ilmu Makrifat atau Ilmu Ruhaniah, itu tidak hanya mengandalkan akal saja. Kata Akal berasal dari kata serapan bahasa Arab, yaitu kata "Iqal" yang artinya mengikat atau belenggu. Jadi akal adalah ikatan dari tiga daya Cipta, Rasa dan Karsa. Dalam mengenal Allah jangan hanya mengandalkan akal saja, karena ketiganya mempunyai keterbatasan. Akal tidak akan dapat memahami masalah Ilahiah. Keterbatasan akal ini, digambarkan dengan tali duri yang mengikat kepala. Tegasnya, akal harus diikat dengan duri. Dalam memahami masalah Ketuhanan, kita harus menggunakan Kemampuan Rahsa Rohani.
6. "Cahaya" bersinar dikepala Yesus yang juga membias sampai dada Yesus merupakan perlambang Qolbu atau Thur Sin Yang Sudah Tercerahi Oleh Cahaya Ilahi.
"Hai Isa, sesungguhnya Aku akan mewafatkanmu, dan mengangkatmu kepada-Ku..." (QS 3 : 55)
"Dan keselamatan atasnya pada hari dia dilahirkan, pada hari dia diwafatkan dan pada hari di dibangkitkan hidup kembali" (QS 19 : 15)
"Apakah orang-orang yang sudah mati (dalam hidup) kemudian Kami membangkitkannya hidup kembali, dan Kami berikan kepadanya Cahaya, yang dengan Cahaya itu dia dapat berjalan-jalan di tengah manusia, sama dengan orang yang dalam Kegelapan, yang tidak dapat keluar dari Kegelapan tersebut ? Demikianlah orang-orang Tertutup itu memandang baik apa yang mereka kerjakan" (QS Al An'am 6 : 122)
"Tubuh itu seperti Maryam, dan masing-masing diri kita mempunyai Isa di dalam.
Apabila derita (karena cinta) muncul dalam diri kita,
Isa akan lahir"
(Jalaluddin Ar Rumi, dalam Kitab Fihi ma fihi)
"Cahaya Allah itu berada dalam rumah, yang dizinkan oleh Allah untuk di luhurkan, yang di sana diingat Nama-Nya, di sana juga (orang) memahasucikan Dia pada pagi dan petang hari" (QS 24 : 36)
"Cahaya Allah itu berada dalam rumah, yang dizinkan oleh Allah untuk di luhurkan, yang di sana diingat Nama-Nya, di sana juga (orang) memahasucikan Dia pada pagi dan petang hari" (QS 24 : 36)