HAKEKAT ALIF LAM MIM, SEBAGAI KITAB DI DALAM SHUDUR MU

"Alif Lam Mim. Itulah Kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya, menjadi petunjuk bagi orang bertaqwa”. (QS Al Baqarah 2 : 1-2)

"Sebenarnya, Al Qur’an itu adalah ayat-ayat yang jelas di shudur orang-orang yang diberi ilmu . Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim.”(QS Al Ankabut : 49)

“dan (ini) sesungguhnya Al-Qur’an yang sangat mulia, dalam kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfudz), tidak ada yang menyentuhnya selain hamba-hamba yang disucikan.” (QS Al-Waqi’ah : 77-79)

Dalam setiap pengajian, kita sering mendengar istilah Kitabullah, yang diturunkan Allah kepada para Nabi dan Rasul. Dan umat Islam meyakini bahwa Al Qur'an adalah Kitabullah yang terakhir dan menyempurnakan kitab kitab sebelumnya. Begitupula umat beragama lainnya, juga meyakini kebenaran dan kesempurnaan kitabnya, yang kadang menyebabkan diantara umat beragama saling "bermusuhan" berdasarkan kebenaran kitabnya masing masing, yang diyakini sebagai wahyu yang diturunkan oleh Tuhannya kepada Nabinya. Lalu apakah yang dimaksud dengan kitabullah itu ?

“Alif Lam Mim. Itulah Kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya, menjadi petunjuk bagi orang bertaqwa”. (QS Al Baqarah 2 : 1-2)

Dalam ayat tersebut diisyaratkan bahwa Kitab itu adalah Alif Lam dan Mim. Kata “dzaalika” adalah ism isyarah (kata tunjuk) yang menunjukkan bahwa Kitab yang kemudian disebut sebagai al-Qur’an itu adalah alif, lam dan mim. Mengapa alif lam dan mim dikatakan sebagai Kitab ?

Sesungguhnya Alif, Lam dan Mim itu adalah rangkaian huruf yang tidak digabung menjadi satu kalimat. Ia tidak menjadi alamu, alaimun atau almun, dan sebagainya, akan tetapi yang dibaca adalah huruf; alif, lam dan mim. Mengapa begitu ? Di sini kita tidak menjelaskan tentang tafsir Qur’an yang pada akhirnya diakhiri dengan “Allahu a’lamu bimuraadih” (Allah lebih tau maksudnya). Kita punya cara tersendiri bagaimana memahami huruf-huruf tersebut.

Ketahuilah, jika yang dibaca itu adalah huruf, maka yang dikupas adalah huruf-hurufnya. Hal yang paling mendasar dalam kajian huruf adalah menelisik bagaimana proses keluarnya huruf itu.

Dalam pengajian tingkat dasar, belajar menyebut keluarnya huruf itu disebut dengan Makhrajul huruf. Dari sana nanti akan muncul kategorisasi huruf. Jika huruf itu menjadi sebuah kata dan digabung dengan kata lain, maka ia menjadi kalimat, disebut juga dengan maqolah. Bagaimana proses keluarnya huruf-huruf itu (alif, lam, dan mim)?

Sesuai dengan kategorisasinya, huruf alif itu termasuk ke dalam kategori huruf halqiyyah, yakni huruf yang keluar dari tenggorokan. Halqiyyah adalah majroth tho’aam wasy syurb artinya halqiyyah itu adalah tempat mengalirnya makanan dan minuman, disebut juga dengan tenggorokan. Disitulah letak dan sumber keluarnya huruf alif. Ada beberapa huruf lain yang dikategorikan sama dengan huruf alif, diantaranya ‘ain, ghain, haa, khaa.

Kedua, huruf lam. Huruf itu termasuk ke dalam kategorisasi huruf dzaulaqiyyah yang artinya masy’aruth tho’aam wasy syurb, yakni tempat merasakan makanan dan minuman. Ia terletak di ujung lidah. Tidak banyak huruf yang termasuk ke dalam huruf dzaulaqiyyah kecuali ra dan nun.

Dan ketiga adalah huruf mim. Ia terletak dan berasal dari perpaduan dua bibir dan dikategorikan sebagai huruf syafawiyyah. Termasuk ke dalam kategori huruf syafawiyyah adalah huruf ba.

Jika kita telisik bahwa Kitab itu diisyaratkan dengan huruf alif lam dan mim adalah sebuah keterkaitan antara diri manusia dengan Tuhan. Maka Alif, lam dan mim adalah sebuah proses turunnya wahyu. Dari tenggorokan, lalu bergeser ke ujung lidah dan keluar melalui rongga mulut (perpaduan dua bibir).

Sesuatu yang keluar melalui ketiga tempat itu membuat keramaian dunia. Disebut juga dengan kalam. Ketika kalam itu disadari berarti ia telah membuka tabir dimana dirinya itu berada. Kalam keluar bersama nafas, karenanya tak ada suara jika tak keluar bersama nafas. Huruf alif yang berada ditenggorokan adalah simbolisasi keberadaan Tuhan yang sejalan dengan bunyi ayat :

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya” (QS Qaaf 50 : 16).

Tenggorokan ini adalah sumber suara sebuah ucapan (pita suara) dan digerakkan oleh nafas. Karena itu, kalam diolah oleh nafas, dimodifikasi oleh lidah dan dikeluarkan oleh mulut. Kalam dan nafas yang keluar melalui tenggorokan adalah sebuah hukum yang mengatur dan menentukan kadar ucapan dan nafas seseorang sehingga ia dikatakan berbuat sebagaimana tulisan taqdirnya di alam awang uwung (lauhul mahfuudz). 

Karena itu, pada sisi ini semua ucapan manusia adalah "Qur’an" atau "wahyu Tuhan" dalam kadar tertentu yang menjadi hukum bagi dirinya sendiri. Ucapan manusia adalah hukum Tuhan yang membuat manusia dituntut untuk mempertanggungjawabkan setiap kalam yang diucapkannya. Jika buruk ucapannya, entah itu karena amarah nafsu, dsb, maka buruk pula kadar dirinya dan buruk pula hukum Tuhan terhadap dirinya. Jika bagus, maka bagus pula kadarnya dan hukum Tuhan terhadap dirinya.

Suara yang membentuk sebuah ucapan dan didorong oleh nafas ditentukan oleh akal pikiran sehingga setiap kalimat merupakan realitas kesadaran. Semakin dalam kesadarannya akan setiap kalimat, semakin dalam pula dirinya mengenal Tuhan. Namun setiap kalimat itu tetaplah menunjukkan mekanisme hukum Tuhan yang menjerat manusia baik disadari atau tidak. Kalau begitu, apa kaitan akal dengan ucapan ? Renungkan saja sendiri jawabannya.