Ketahuilah, bahwa sesungguhnya memaafkan dan meminta maaf itu adalah perbuatan mulia. Kata maaf berasal dari bahasa Al-Quran al’afwu yang berarti "menghapus" karena yang memaafkan menghapus bekas-bekas luka di hatinya. Bukanlah memaafkan namanya, apabila masih ada tersisa bekas luka itu didalam hati, dan masih ada dendam yang membara. Jika itu yang terjadi, maka apa yang dilakukan itu, masih dalam tahap "masih menahan amarah". Usahakanlah untuk menghilangkan noda-noda itu, sebab dengan begitu kita baru bisa dikatakan telah memaafkan orang lain.
Islam mengajak manusia untuk saling memaafkan. Dan memberikan posisi tinggi bagi pemberi maaf. Karena sifat pemaaf merupakan bagian dari akhlak yang sangat luhur, yang harus menyertai seorang Muslim yang bertakwa. Allah swt berfirman:
"...Maka barangsiapa yang memaafkan dan berbuat baik, maka ganjarannya atas tanggungan Allah." (Q.S.Asy-Syura : 40).
Dari Uqbah bin Amir, dia berkata: "Rasulullah SAW bersabda, "wahai Uqbah, bagaimana jika kuberitahukan kepadamu tentang akhlak penghuni dunia dan akhirat yang paling utama? Hendaklah engkau menyambung hubungan persaudaraan dengan orang yang memutuskan hubungan denganmu, hendaklah engkau memberi orang yang tidak mau memberimu dan maafkanlah orang yang telah menzalimimu." (HR.Ahmad, Al-Hakim dan Al-Baghawy).
Dalam berbagai ayat dalam Al-Quran adalah perintah untuk memberi maaf. Kesan yang disampaikan oleh ayat-ayat ini adalah anjuran untuk tidak menanti permohonan maaf dari orang yang bersalah, melainkan hendaknya memberi maaf sebelum diminta. Mereka yang enggan memberi maaf pada hakikatnya enggan memperoleh pengampunan dan Allah Swt. Tidak ada alasan untuk berkata, "Tiada maaf bagimu", karena segalanya telah dijamin dan ditanggung oleh Allah Swt. Jadilah pemaaf dan siaplah untuk meminta maaf., karena "maafkan dan lupakan" adalah satu satunya cara untuk mengobati penyakit hati karena kecewa menghadapi fenomena kehidupan yang penuh duka.
Untuk dapat menerapkan cara tersebut diatas, marilah kita renungkan cerita dibawah ini
Konon, di Afrika, ada sebuah teknik yang unik untuk berburu monyet di hutan Afrika. Si pemburu menangkap monyet dalam keadaan hidup-hidup tanpa harus menggunakan senapan dan obat bius, dan tanpa cidera.
Cara menangkapnya sederhana saja, pemburu hanya menggunakan toples berleher panjang dan sempit. Toples itu diisi kacang yang telah diberi aroma untuk mengundang monyet-monyet datang.
Setelah diisi kacang, toples-monyet itu ditanam dalam tanah dengan menyisakan mulut toples dibiarkan tanpa tutup.
Para pemburu melakukannya disore hari. Besoknya, mereka tinggal meringkus monyet-monyet yang tangannya terjebak didalam botol tak bisa dikeluarkan.
Kok, bisa ? Monyet-monyet itu tertarik pada aroma yang keluar dari setiap toples. Mereka mengamati lalu memasukkan tangan untuk mengambil kacang-kacang yang ada di dalam. Tapi karena menggenggam kacang, maka monyet-monyet itu tidak bisa menarik keluar tangannya. Selama mempertahankan kacang-kacang itu, selama itu pula mereka terjebak.
Toples itu terlalu berat untuk diangkat. Jadi, monyet2 itu tidak akan dapat pergi kemana-kemana !
Sebenarnya monyet-monyet itu bisa selamat jika mau membuka genggaman tangannya, tapi mereka tak mau melepaskannya.
Saudaraku... Mungkin kita akan tertawa melihat tingkah monyet-monyet itu. Tapi, tanpa sadar sebenarnya banyak manusia melakukan hal yang sama seperti monyet-monyet itu. Mereka mengenggam erat setiap permasalahan yang dimiliki tanpa mau melepaskannya.
Mereka sering menyimpan kecewa, dendam, benci dan iri, tak mudah memberi maaf, tak mudah mengampuni.
Mulut mungkin berkata ikhlas, tapi bara amarah masih ada di dalam dada. Sehingga tak pernah bisa melepasnya.
Bahkan, terkadang membawa "toples-toples" itu kemana pun dan kapanpun mereka pergi. Mereka terus berusaha berjalan menapaki jalan kehidupan ini dengan beban berat itu.
Tanpa sadar, mereka sebenamya sudah terperangkap penyakit kepahitan yang akut, yang bisa berakibat pada mengerutnya sel-sel tubuh mereka, dan putusnya benang-benang DNA-nya.
Jika hal ini dibiarkan berlarut, maka kemungkinan besar sel-sel yang mengerut tadi perlahan namun pasti, bermutasi menjadi sel-sel kanker..!!
Penelitian tentang sel tubuh yang bermutasi jadi sel kanker inilah yang mengantarkan Prof. Dr. Bruce Lipton, dari USA, menerima hadiah Nobel dalam bidang Biologi Molecular.
Sebenarnya mereka akan selamat dari sakit berbahaya ini jika mereka mau melepaskan semua pikiran, perasaan dan emosi negatif (su'u zhon, kekecewaan, kecemasan, marah, dendam, benci, iri dengki, menganggap diri paling benar, orang lain selalu salah dan lain lain) terhadap siapapun.
Jika kita perhatikan dalam kehidupan kita sehari-hari, apalagi di sosial media seoerti saat ini, masih banyak orang-orang yang hatinya seperti tangan monyet tersebut.
Ayo sahabat-sahabatku, saudara-saudara-ku mari kita lepaskan, maafkan, dan lupakan juga Ikhlaskan dan move on.
Memaafkan Dan Melupakan |
Islam mengajak manusia untuk saling memaafkan. Dan memberikan posisi tinggi bagi pemberi maaf. Karena sifat pemaaf merupakan bagian dari akhlak yang sangat luhur, yang harus menyertai seorang Muslim yang bertakwa. Allah swt berfirman:
"...Maka barangsiapa yang memaafkan dan berbuat baik, maka ganjarannya atas tanggungan Allah." (Q.S.Asy-Syura : 40).
Dari Uqbah bin Amir, dia berkata: "Rasulullah SAW bersabda, "wahai Uqbah, bagaimana jika kuberitahukan kepadamu tentang akhlak penghuni dunia dan akhirat yang paling utama? Hendaklah engkau menyambung hubungan persaudaraan dengan orang yang memutuskan hubungan denganmu, hendaklah engkau memberi orang yang tidak mau memberimu dan maafkanlah orang yang telah menzalimimu." (HR.Ahmad, Al-Hakim dan Al-Baghawy).
Dalam berbagai ayat dalam Al-Quran adalah perintah untuk memberi maaf. Kesan yang disampaikan oleh ayat-ayat ini adalah anjuran untuk tidak menanti permohonan maaf dari orang yang bersalah, melainkan hendaknya memberi maaf sebelum diminta. Mereka yang enggan memberi maaf pada hakikatnya enggan memperoleh pengampunan dan Allah Swt. Tidak ada alasan untuk berkata, "Tiada maaf bagimu", karena segalanya telah dijamin dan ditanggung oleh Allah Swt. Jadilah pemaaf dan siaplah untuk meminta maaf., karena "maafkan dan lupakan" adalah satu satunya cara untuk mengobati penyakit hati karena kecewa menghadapi fenomena kehidupan yang penuh duka.
Untuk dapat menerapkan cara tersebut diatas, marilah kita renungkan cerita dibawah ini
Konon, di Afrika, ada sebuah teknik yang unik untuk berburu monyet di hutan Afrika. Si pemburu menangkap monyet dalam keadaan hidup-hidup tanpa harus menggunakan senapan dan obat bius, dan tanpa cidera.
Cara menangkapnya sederhana saja, pemburu hanya menggunakan toples berleher panjang dan sempit. Toples itu diisi kacang yang telah diberi aroma untuk mengundang monyet-monyet datang.
Setelah diisi kacang, toples-monyet itu ditanam dalam tanah dengan menyisakan mulut toples dibiarkan tanpa tutup.
Para pemburu melakukannya disore hari. Besoknya, mereka tinggal meringkus monyet-monyet yang tangannya terjebak didalam botol tak bisa dikeluarkan.
Kok, bisa ? Monyet-monyet itu tertarik pada aroma yang keluar dari setiap toples. Mereka mengamati lalu memasukkan tangan untuk mengambil kacang-kacang yang ada di dalam. Tapi karena menggenggam kacang, maka monyet-monyet itu tidak bisa menarik keluar tangannya. Selama mempertahankan kacang-kacang itu, selama itu pula mereka terjebak.
Toples itu terlalu berat untuk diangkat. Jadi, monyet2 itu tidak akan dapat pergi kemana-kemana !
Sebenarnya monyet-monyet itu bisa selamat jika mau membuka genggaman tangannya, tapi mereka tak mau melepaskannya.
Saudaraku... Mungkin kita akan tertawa melihat tingkah monyet-monyet itu. Tapi, tanpa sadar sebenarnya banyak manusia melakukan hal yang sama seperti monyet-monyet itu. Mereka mengenggam erat setiap permasalahan yang dimiliki tanpa mau melepaskannya.
Mereka sering menyimpan kecewa, dendam, benci dan iri, tak mudah memberi maaf, tak mudah mengampuni.
Mulut mungkin berkata ikhlas, tapi bara amarah masih ada di dalam dada. Sehingga tak pernah bisa melepasnya.
Bahkan, terkadang membawa "toples-toples" itu kemana pun dan kapanpun mereka pergi. Mereka terus berusaha berjalan menapaki jalan kehidupan ini dengan beban berat itu.
Tanpa sadar, mereka sebenamya sudah terperangkap penyakit kepahitan yang akut, yang bisa berakibat pada mengerutnya sel-sel tubuh mereka, dan putusnya benang-benang DNA-nya.
Jika hal ini dibiarkan berlarut, maka kemungkinan besar sel-sel yang mengerut tadi perlahan namun pasti, bermutasi menjadi sel-sel kanker..!!
Penelitian tentang sel tubuh yang bermutasi jadi sel kanker inilah yang mengantarkan Prof. Dr. Bruce Lipton, dari USA, menerima hadiah Nobel dalam bidang Biologi Molecular.
Sebenarnya mereka akan selamat dari sakit berbahaya ini jika mereka mau melepaskan semua pikiran, perasaan dan emosi negatif (su'u zhon, kekecewaan, kecemasan, marah, dendam, benci, iri dengki, menganggap diri paling benar, orang lain selalu salah dan lain lain) terhadap siapapun.
Jika kita perhatikan dalam kehidupan kita sehari-hari, apalagi di sosial media seoerti saat ini, masih banyak orang-orang yang hatinya seperti tangan monyet tersebut.
Ayo sahabat-sahabatku, saudara-saudara-ku mari kita lepaskan, maafkan, dan lupakan juga Ikhlaskan dan move on.