Syeikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi ialah seorang ulama hadis yang zuhud. Beliau dilahirkan di Algeria pada tahun 1342 H/1921 M. Ketika umurnya lebih kurang satu tahun, ayahnya telah meninggal dunia. Ibunya seorang yang soleh yang unggul dalam mendidik anak berdasarkan panduan Islam. Beliau belajar al-Quran ketika beliau masih kanak-kanak saat umurnya dua belas tahun. Beliau selesai awal pendidikan di rumah, kemudian dipindahkan ke ibu kota Algeria dan bekerja sebagai seorang guru di sebuah sekolah.
Selama masa itu, beliau menghadiri pelajaran oleh At-Tayyab Abu Qir dan telah mendapat penerangan-penerangan dengan cahaya kepercayaan dalam tauhid dan sunnah Nabi saw.
Beliau juga menghafal matan kitab, ilmu lughah dan fiqh Maliki kemudian beliau melanjutkan pelajarannya ke kota lainnya sampai kemudian belajar di Madinah di Masjid Nabawi dan Makkah sehingga mendapat pengakuan (ijazah) dari para masyaikh di sana.
Diantara gurunya dinegerinya iaitu Syeikh Nu’aim An-Nu’aimi, Syeikh Isa Mu’tauqi dan Syaikh Thayib Al-Uqbi, sedangkan di Madinah ialah Syeikh Umar Bari, Syeikh Muhammad Al-Hafiz, Syeikh Muhammad Khoyal dan selainnya.
Ketika penjajahan Perancis dimulai pada tahun 1952, beliau pindah ke Madinah. Raja Saud bin Abdul Aziz adalah penguasa saat itu dan Universiti Islam Madinah yang telah dibina. Beliau pertama kali bekerja sebagai seorang guru di Madinah, kemudian ia bergabung dengan Universiti Madinah dan mengajar di sana iaitu di Darul Hadis Madinah hingga bersara. Beliau juga bekerja sebagai penasihat dan penolong di beberapa lembaga berkaitan dengan dunia muslim selama waktu itu.
Beliau menyerang ahli sufi dan tasauf yang sesat sebagai alasan mengapa umat Islam hilang dalam perjuangan melawan kolonialisme Eropah.
Karya-karyanya
Antara karya-karyanya yang terkenal:
1. Tafsir al-Aisar
2. Minhajul Muslimin
3. 90 Seruan Ilahi dalam Al-Quran
Tafsir al-Aisar ialah suatu kitab tafsir yang mudah difahami sebagaimana nama tafsir ini iaitu 'al-Aisar (termudah)', yang menggabungkan antara erti yang dimaksud dalam firman Allah Taala dengan huraian-huraian bahasa yang mudah, sehingga kalangan awam pun dapat dengan mudah memahaminya.
Kata-katanya
Mereka mengatakan: “Orang-orang tabligh membuat bid’ah berupa keluar di jalan Allah swt secara berjama’ah dan membatasi keluar tiga hari, 40 hari, dan empat bulan.
Syeikh Abu Bakar al-Jazairi katakan: Sesungguhnya keluar untuk memperbaiki diri adalah seperti keluar untuk menuntut ilmu dan hidayah. Juga seperti keluar untuk menda’wah manusia kepada Allah swt dan mengajar mereka hal-hal yang bermanfaat di dunia dan di akherat. Semuanya itu adalah keluar di jalan Allah swt, apabila dilandasi niat yang benar semata-mata untuk meraih ridha Allah swt, bukan untuk memperoleh harta dan pernghormatan atau hiburan, permainan dan kebatilan.
Adalah termasuk kelakuan bodoh atau pura-pura bodoh apabila ada orang yang mengingkari keluarnya Jama’ah Tabligh untuk kepentingan hidayah bagi manusia, mengajar mereka, memperbaiki diri mereka, dan mendidik ruhani mereka. Padahal Rasulullah SAW bersabda: “Satu pagi atau satu petang keluar di jalan Allah, lebih baik daripada mendapatkan dunia beserta seluruh isinya” Juga Nabi Muhammad SAW bersabda: “Barangsiapa mendatangi masjid ini semata-mata untuk kebaikan yang ia ajarkan atau ia pelajari, laksana mujahid (orang yang berjuang) fi sabilillah” [1] Dan masih banyak hadits lainnya yang shahih dan yang hasan yang mengajarkan dan memberikan semangat (dorongan) untuk keluar di jalan Allah SWT.
Alangkah mengherankannya perkataan mereka, bahwa keluarnya Jama’ah Tabligh adalah bid’ah. Dan lebih mengherankan lagi, mereka berhujjah bahwa “keluar fi sabilillah secara berjama’ah adalah bid’ah” dengan sangkaan bahwa Rasulullah SAW mengutus Mu’adz bin Jabal ke Yaman seorang diri saja, tidak berjama’ah. Mereka lupa atau tidak tahu bahwa Rasulullah SAW tidak mengutus Mu’adz sendirian, tetapi beliau mengutus juga Abu Musa Al-Asy’ari bersamanya. “Hendaklah kamu berdua menggembirakan mereka dan janganlah membuat mereka lari, hendaklah kamu berdua memudahkan mereka dan janganlah mempersulit mereka, dan bertolong-tolonglah kamu berdua dan jangan berselisih”
Dan beliau telah mengirim Ali Bin Abi Thalib RA dan Khalid bin Sa’id bin Al’Ash RA. Bersama mereka beliau mengirimkan rombongan besar untuk da’wah , ta’lim dan memutuskan perkara di antara manusia.
Tentang pembatasan masa keluar yang mereka (para penyerang) katakan sebagai bid’ah, adalah pengaturan da’wah sebagaimana peraturan sekolah dan universitas yang mengenal batasan masa belajar dan libur untuk menyiapkan bekal dan perbelanjaan selama masa keluar. Apakah dengan demikian orang-orang tabligh dianggap membuat bid’ah karena mereka mengatur hari-hari, untuk kepentingan da’wah dan khuruj fi sabilillah (keluar di jalan Allah SWT?
Subhanallah, mereka yang mengatakan demikian seperti dikatakan dalam syair: “Pandangan ridha atau senang selalu tumpul (buta) terhadap setiap aib, sedangkan benci selalu membongkar keburukan”
Apakah yang menyebabkan kemarahan kalian wahai hamba-hamba Allah? Seorang hamba Allah, menda’wah manusia kepada Allah, kemudian ia mendapat keridhaan untuk dirinya dan kepada saudaranya yang ia da’wahi. Jiwa mereka menjadi suci, hati mereka menjadi bersih dan akhlaq mereka menjadi mulia disebabkan mereka selalu mengucapkan kata-kata yang baik dan melakukan amal-amal yang sholeh.
Apakah yang menjadikan kalian marah, wahai hamba-hamba Allah? Semoga Allah SWT senantiasa menjaga kita. Kami tidak mengatakan bahwa dalam jama’ah tabligh ada suatu yang dapat dianggap sebagai penghalang manusia dari jalan Allah SWT. Alhamdulillah.
Dan orang-orang yang maksum hanyalah orang yang dijaga oleh Allah SWT. Dan supaya para pembaca yang ingin mencari kebenaran dan menghindari tujuan-tujuan rusak dan gambaran-gambaran yang salah mengetahui bahwa saya belum pernah keluar satu haripun bersama jama’ah tabligh, dan saya tidak bergabung dengan mereka.
Hal ini bukan karena adanya kesalahan-kesalahan mereka. Kesalahan jama’ah tabligh tidak dapat dihilangkan tanpa bekerja sama dengan mereka dan mengajar mereka hal-hal yang terkadang tidak mereka ketahui. Yang demikian itu karena kesalahan-kesalahan itu sangat sedikit dan pengaruhnya tidak berarti. Siapakah manusia yang tidak pernah berbuat salah selain para Nabi dan Rasul Alaihimush Shalatu Wassalam?
Yang menjadi penghalang kebenaran adalah karena kita mampu untuk berkorban, bersifat memberi, bertahan dengan ketabahan sebagaimana yang mereka lakukan.
Maka dari itu cukuplah bagi kita untuk memberi nasehat kepada mereka, memperbaiki kesalahan-kesalahan mereka dalam da’wah yang terlihat oleh kita dan menahan lisan kita dari mengkritik mereka dan menjelek-jelekkan mereka, sehingga kita tidak menjadi bagian dari orang-orang yang menghalangi manusia dari jalan Allah SWT.
Tetapi saudara-saudara kita, ketika merasa tidak mampu berbuat seperti apa yang telah diperbuat oleh orang-orang tabligh, lalu cenderung untuk mengkritik mereka, menjelek-jelekkan mereka, menyebutkan kejelekan mereka dan mengganggu mereka. Perbuat ini sangat tidak pantas. Semoga Allah SWT menolong kita.
Wafatnya
Beliau wafat pada tahun 1999.
(Terjemahan bebas daripada bahasa Inggris dan dari berbagai sumber)