Untuk mengeluarkan umat manusia yang hidup diatas dunia ini dari kegelapan dan ketidaktahuan ( zulumah = kegelapan dan jahiliyah = ketidaktahuan ) ke kehidupan yang penuh dengan Cahaya atau Hidup Yang Ber-Nurani, Allah telah mengutus sekian banyak Rasul ke setiap suku bangsa dimana ia berada, sehingga setiap umat diatas dunia ini selalu ada Rasul-Nya.
“Dan bagi tiap-tiap umat ada Rasul…..”. (QS Yunus 10 : 47)
“Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada Cahaya…”. (QS Al Baqarah 2 : 257)
“Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada Cahaya dengan izin-Nya.. “ (QS Al Maidah 5 : 16)
Allah telah mengutus para Nabi dan Rasul-Nya dengan jumlah yang sangat banyak, ada yang diceritakan kisah dan namanya di dalam Al Qur’an, tetapi masih banyak yang tidak dikisahkan, sehingga umat Islam banyak yang tidak mengetahui kisah mereka dan siapa mereka sebenarnya.
“Dan berapa banyak Kami telah mengutus Nabi-Nabi pada umat terdahulu“. (QS Az Zukhruf 43 : 6)
“Ada beberapa Rasul yang telah Kami kisahkan tentang mereka kepada kamu sebelumnya, dan Rasul-Rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu…. “. (QS An Nisa 4 : 164)
“Allah telah mengutus Rasul sebanyak 313 orang dan Nabi sebanyak 124.000 orang “. (HR Ibnu Hibban)
Tugas utama dari seorang Rasul adalah menyampaikan Satu Ajaran atau Ajaran Yang Satu ( Ilmu Tauhid ) yaitu agar setiap manusia berdiri menghadap Allah berdua-dua atau sendirian dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh kaumnya.
“Kami tidak mengutus seorang Rasulpun melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya dia menerangkan kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana “. (QS Ibrahim 14 : 4)
“ Katakanlah, sesungguhnya aku hanya mengajarkan kepada kamu dengan satu ajaran saja ( Ajaran Tauhid ) yaitu bahwa kamu harus berdiri menghadap Allah dengan ikhlas, berdua-dua atau sendiri-sendiri, kemudian hendaklah kamu pikirkan, tiadalah sahabat kamu itu gila, dia adalah tiada lain hanyalah pemberi peringatan kepada kamu sebelum datang azab yang sangat keras “.( QS Saba’ 34 : 46 )
“Wahai manusia ! Sesungguhnya engkau harus berjuang dengan perjuang yang keras untuk bertemu dengan Tuhan dikau, sampai engkau bertemu dengan-Nya “. (QS Al Insyqoq 84 : 6)
“Dan kembali kamu kepada Tuhanmu dan berserah dirilah kepada-Nya, sebelum datang kepadamu azab kemudian kamu tidak dapat tertolong lagi “. (QS Az Zumar 39 : 54)
“Maka segeralah kamu kembali kepada Allah, sesungguhnya aku pemberi peringatan yang terang dari Allah kepada kamu “. ( QS Adz Dzariyat 51 : 50)
“…. Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu harus menemui-Nya….. “. ( QS Al Baqoroh 2 : 223 )
“Dan sembahlah Tuhanmu hingga datang kepadamu yang meyakinkan “. (Al Hijr 15 : 99)
Berdasarkan ayat tersebut diatas, Allah memerintahkan kepada setiap manusia untuk mengadakan pertemuan dengan-Nya selagi manusia masih hidup diatas dunia. Tetapi kebanyakan umat Islam berkeyakinan bahwa pertemuan dengan Allah hanya bisa terjadi kalau manusia sudah meninggal dunia, dan pertemuannya dengan Allah nanti di alam akhirat, bahkan mereka berkeyakinan setiap manusia yang meninggal dunia akan kembali menghadap kepada Allah untuk menerima balasan atas segala amal ibadahnya sewaktu hidup diatas dunia. Kalau pendapat ini benar, maka perintah Allah kepada setiap manusia untuk cepat-cepat kembali kepada Allah tidaklah ada gunanya atau tidaklah fungsional. Jadi, untuk apa Allah memerintahkan setiap manusia untuk segera kembali kepada Allah, kalau setiap manusia dijamin seratus persen, akan kembali menghadap Allah jika dia sudah meninggal dunia ? Jadi tidaklah benar, pendapat yang mengatakan bahwa kita tidak usah berusaha untuk bertemu dengan Allah diatas dunia ini dengan alasan toh kita nanti juga akan kembali kepada Allah, karena dalam ayat tersebut di atas telah disebutkan aniibuu ilaa robbikum dan fa firruu ilallaah, yaitu agar kita segera kembali kepada Allah. Hal ini menunjukkan bahwa kita berpeluang untuk tidak kembali kepada Allah, oleh karena itu kita diperintahkan secepatnya kembali menghadap kepada Allah, sebelum kita meninggalkan dunia ini. Akan tetapi ketika para Nabi dan Rasul menyampaikan ayat-ayat yang memerintahkan bahwa manusia harus mengadakan pertemuan atau perjumpaan dengan Allah sewaktu masih hidup di dunia ini, maka kaumnya pada waktu itu terpecah menjadi tiga golongan yaitu :
Pertama : golongan yang tidak percaya bahwa Allah dapat ditemui dan dijumpai sewaktu masih hidup diatas dunia ini.
“Sesungguhnya kebanyakan manusia ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya “. (QS Ar Rum 30 : 8)
Kedua : Golongan yang ragu-ragu terhadap pertemuan dengan Tuhannya selagi masih hidup di atas dunia ini.
“Ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka dalam keragu-raguan tentang menemui Tuhannya. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Dia meliputi segala sesuatu “. (QS Fushilat 41 : 54)
Ketiga : Golongan yang meyakini bahwa mereka akan dapat bertemu dengan Tuhannya selagi masih hidup di atas dunia ini.
“Yaitu orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan kelak akan kembali kepada-Nya“. (QS Al Baqoroh 2 : 46)
Ketika para Nabi dan Rasul menyampaikan ajaran Liqo’ Allah atau menemui Allah tersebut kepada keluarganya, kepada sahabat-sahabat dan tetangga serta kaumnya, maka mereka yang tidak percaya bahwa manusia bisa bertemu dengan Allah ketika masih hidup di atas dunia ini, menuduh dan memperolok-olok para Rasul tersebut dengan tuduhan sebagai orang gila dan ajaran Tauhidnya dianggap ajaran sesat.
“Dan tiadalah seorang Nabi yang datang kepada mereka melainkan mereka mengolok-olokkannya “. (QS Az Zukhruf 43 : 7)
“Demikianlah, tidak seorang Rasulpun yang datang kepada orang-orang sebelum mereka melainkan mereka berkata : dia paranormal atau orang gila “. (QS Adz Dzariyat 51 : 52)
Jadi berdasarkan firman Allah tersebut, ketika para Nabi dan Rasul menyampaikan ajaran kepada kaumnya agar manusia mau menemui dan menjumpai Allah selagi manusia itu masih hidup di atas dunia ini, maka semua orang disekitarnya termasuk juga keluarga dan sahabat-sahabatnya, menuduh para Rasul dan Nabi itu sebagai orang gila dan ajarannya merupakan ajaran sesat. Tetapi Allah membantah semua tuduhan itu, bahkan Allah menjelaskan bahwa para Nabi dan Rasul tersebut bukanlah orang gila melainkan seorang pemberi Peringatan Yang Terang.
“Apakah mereka tidak berpikir ? Sahabat mereka tidaklah gila. Dia hanya pemberi Peringatan Yang Terang “. (QS Al ‘Araf 7 : 184)
Apa yang diajarkan oleh para Nabi dan Rasul kepada kaumnya, merupakan tugas yang telah diamanatkan oleh Allah kepada mereka dan mereka tidak akan mengkhianati tugas tersebut walaupun orang-orang disekitarnya menentangnya bahkan melakukan intimidasi untuk menentang ajaran Tauhid yang disampaikan oleh para Nabi dan Rasul tersebut.
“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak engkau kerjakan, maka berarti engkau tidak menyampaikan risalah-Nya. Dan Allah memelihara engkau dari gangguan manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang kafir “. (QS Al Maidah 5 : 67)
“Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang nyata, orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami berkata : “ Datangkanlah Al Qur’an yang lain dari yang ini atau gantilah “ Katakanlah, “ tidaklah patut bagiku menggantinya dari pihak diriku sendiri. Aku tidaklah mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku takut jika mendurhakai Tuhanku akan azab pada hari yang besar“. (QS Yunus 10 : 15)
“Katakanlah, “ Kalau Allah menghendaki, tiadalah Al Qur’an ini ku bacakan kepada kamu dan tidak ku ajarkan kepada kamu. Sesungguhnya aku telah tinggal bersama kamu beberapa tahun sebelum ini, mengapa kamu tidak memikirkan ? “. (QS Yunus 10 : 16)
Untuk menggugah kesadaran manusia agar mereka mau bertemu dengan Tuhannya maka Allah melalui para Nabi dan Rasul-Nya, memberitahukan beberapa keuntungan bagi orang yang mau bertemu dengan Tuhannya, yaitu orang tersebut akan diberi kedamaian dan kenikmatan yang tidak bisa diucapkan dengan kata-kata ketika bertemu dengan Tuhannya.
“Maka tidak seorangpun mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka dari Penyejuk Mata sebagai ganjaran terhadap apa yang mereka kerjakan “. (QS As Sajadah 32 : 17)
“Aku telah menyediakan bagi hamba-hamba-Ku yang beriman dan beramal saleh, kenikmatan yang tidak pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga ataupun terlintas dalam qalbu manusia”. (HR Ibnu Jarir dari Anas)
“Yang paling dicintai olehku daripada agamamu adalah wanita dan wangi-wangian. Dan penyejuk pandanganku dijadikan di dalam sholat”. (HR Bukhari)
“Alangkah nyaringnya pendengaran mereka dan alangkah terangnya penglihatan mereka pada hari mereka datang menemui Kami… “. (QS Maryam 19 : 38)
“Penghormatan kepada mereka pada hari mereka menemui-Nya, ialah “ Salam “ dan Dia menyediakan bagi mereka ganjaran yang Mulia “. (QS Al Ahzab 33 : 44)
Sedangkan orang-orang yang tidak mau bertemu dengan Tuhannya, akan mendapatkan kerugian, yaitu mereka akan mendapatkan azab yang pedih dan akan dimasukkan kedalam Neraka.
“Sesungguhnya merugilah orang-orang yang mendustakan akan menemui Allah, sehingga apabila datang Hari Kebangkitan dengan tiba-tiba mereka berkata:“ Aduhai, penyesalan kami atas kelengahan kami di dunia “. Sungguh mereka memikul dosa, amat berat apa yang mereka pikul itu “. (QS Al An’am 6 : 31)
“Katakanlah : “ Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang merugi amal perbuatannya ? yaitu orang yang telah sia-sia amalnya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka beramal sebaik-baiknya. Mereka itu adalah orang-orang yang ingkar terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan ingkar terhadap perjumpaan dengan-Nya. Maka hapuslah amalan-amalan mereka. Dan Kami tidaklah menilai amal mereka pada hari Kiamat “. (QS Al Kahfi 18 : 103 – 105)
“Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan menemui Kami, sedang mereka senang dengan kehidupan dunia serta puas hatinya terhadap yang demikian, begitu pula orang-orang yang lalai dari berita-berita Kami. Mereka itu tempatnya dalam Neraka, disebabkan apa yang telah mereka usahakan “. (QS Yunus 10 : 8)
“Dan orang-orang yang kafir dengan ayat-ayat Allah dan menemui-Nya, mereka itu terputus dengan Rahmat-Ku dan mereka itu mendapat azab yang pedih “. (QS Al Ankabut 29 : 23)
“….. Maka Kami biarkan orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami itu bingung di dalam kesesatannya “. ( QS Yunus 10 : 11)
“Dan sesungguhnya kami jadikan untuk (isi neraka jahanam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati tapi tidak mempergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telingan (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (Qalam Allah). Mereka itu adalah binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”. (QS Al A’raaf 7 : 179).
“….karena sesungguhnya bukanlah mata jasmani yang buta tetapi mereka buta adalah mata hati yang ada di dalam dada”. (QS Al Isra’ 17 : 72).
“….seperti gelap gulita di lautan yang dalam dan awan hitam yang gelap gulita berlapis-lapis. Apabila ia mengeluarkan tangannya, maka tidaklah dia mempunyai Cahaya Allah, maka tidaklah dia mempunyai Cahaya sedikitpun”. (QS An Nur 24 : 40).
Mungkin timbul dalam pertanyaan dalam hati, mungkinkah Allah dapat ditemui oleh umat manusia di atas ini ? sebagai jawabannya, cobalah renungkan firman Allah di bawah ini :
“Barang siapa yang mengharapkan pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu yang dijanjikan Allah pasti datang. Dan Dialah Yang Maha Mendengar Lagi Maha Mengetahui”. (QS Al An Kabuut 29 : 5)
“Maka janganlah engkau dalam keadaan ragu tentang menemui-Nya”. (HR Bukhari)
“Jika seorang hamba mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku mendekatinya sehasta dan jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat padanya sedepa, dan jika ia datang menemui-Ku berjalan, Aku akan datang menemuinya berlari”. (HR Bukhari)
“Apabila hamba-Ku ingin menemui-Ku, Akupun ingin menemuinya dan bila ia enggan menemui-Ku, Akupun enggan menemuinya”. (HR Bukhari dari Abu Hurairah)
“Pahala tiap satu amal kebajikan berganda sepuluh atau lebih, sedangkan perbuatan kejahatan di ganjar satu kali atau Aku ampuni. Dan walaupun ian menemui-Ku dengan dosa sepenuh wadah-wadah yang ada dibumi namun ia tidak bersyirik kepada-Ku, niscaya Aku akan menemuinya dengan pengampunan sepenuh wadah-wadah itu”. (HR Muslim dan Abu Nu’aim)
Setelah tumbuh keyakinan dalam diri kita bahwa umat manusia dapat berjumpa dengan Allah, sesuai dengan firman-Nya :
“(Yaitu ) orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya”. (QS. Al Baqarah 2 : 46).
Lalu bagaimana caranya agar kita dapat menemui-Nya?. Para Nabi dan Rasul telah mengajarkan dan mencontohkan bagaimana metode untuk menemui Allah, yang diinformasikan dengan ayat amtsal atau perumpamaan yang dapat dilihat dalam Al Qur’an :
“Dan sesungguhnya kamu datang menemui Kami dengan sendirian seperti Kami ciptakan kamu pada awal mula kejadian dan kamu akan meninggalkan dibelakangmu semua apa yang Kami karuniakan kepadamu….. “. (QS Al An ‘am 6 : 94)
“Mereka dihadapkan kepada Tuhan mu dengan berbaris. Sesungguhnya kamu datang menemui Kami sebagaimana Kami telah menciptakan kamu pada awal mula kejadian, bahkan kamu menyangka bahwa Kami tiada menetapkan janji bagi kamu “. (QS Al Kahfi 18 : 48)
“Perempuan-perempuan kamu (istri-istrimu) adalah seperti ladang bagimu, maka datangilah ladangmu sebagaimana kamu kehendaki dan kerjakanlah kebajikan untuk dirimu, bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu akan menghadap-Nya, dan sampaikanlah berita gembira untuk orang-orang yang beriman “. (QS Al Baqoroh 2 : 223)
Untuk memahami ayat-ayat tersebut diatas,
firman Allah dan Hadits dibawah ini :
“Maka sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yakin ( mati ) “. (QS Al Hijr 1: 99)
“Ingatlah kematian di dalam sholatmu. Karena sesungguhnya seseorang jika mengingat kematian di dalam sholatnya, niscaya dia akan bermaksud untuk memperbaiki sholatnya. Dan lakukanlah sholat sebagaimana sholat seseorang yang tidak pernah mengira bahwa dia akan dapat melakukan selain sholat yang dilakukannya itu “. (HR Ath Thabrani)
“Jika engkau telah berdiri di dalam sholatmu, maka lakukanlah sholat sebagaimana sholat seorang yang akan meninggalkan dunia “. (HR Ahmad)
“Dan mereka menanyakan kepadamu tentang haid. Katakanlah, “ itu adalah penyakit”. Sebab itu hindarilah perempuan selama masa haid dan janganlah dekati mereka sebelum suci. Bila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu sebagaimana yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri“. (QS Al Baqarah 2 : 222)
“Dan diri serta yang menyempurnakannya
Sebagai penutup makalah ini marilah kita renungkan. Maka Dia mengilhamkan kepadanya itu jalan kejahatannya dan ketaqwaannya. Sungguh beruntung orang-orang yang mensucikan dirinya. Dan sungguh merugi orang yang mengotorinya “. (QS Asy Syam 91 : 7-10)
“….Barang siapa yang mengharapkan pertemuan dengan Allah maka hendaklah ia mengerjakan “amal yang saleh” dan (setelah bertemu dengan Tuhan) janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”. (QS Al Kahfi 18 : 110)
Pada ayat tersebut di atas terdapat kalimat “Amal Yang Saleh”. Mungkin kita bertanya dalam hati, apakah yang dimaksud dengan “amal yang saleh” itu ? Amal yang saleh pada hakekatnya adalah amal atau perbuatan yang telah dicontohkan oleh para Utusan Allah (Rasulullah) dalam usahanya untuk mengadakan pertemuan dengan Tuhannya. Hal ini sesuai dengan firman Allah :
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu, yanitu orang-orang yang mengharap pertemuan dengan Allah dan di hari kemudian (setelah bertemu) dia harus banyak mengingat Allah”. (QS Al Ahzab 33 : 21)
Demikianlah peringatan Allah dalam Al Qur’an kepada kita, betapa pentingnya kewajiban untuk menemui Allah ketika kita masih hidup di atas dunia. Sebab apabila hal itu tidak kita laksanakan maka kita kelak di Hari Berbangkita akan menjadi orang-orang yang merugi dan akan masuk ke dalam siksa neraka.
Untuk mencapai pertemuan dengan Allah diperlukan usaha dari setiap manusia dengan bimbingan seorang Guru Rohani yang telah mencapai derajat Ma’rifat atau yang telah mengalami Mi’raj Rohani dengan berpedoman kepada Kitab-Kitab Suci yang telah diturunkan kepada umat manusia. Laku Mi’raj Rohani yang telah dicontohkan oleh para Rasul atau Nabi atau Para Pewaris Nabi, pada intinya mempunyai satu kesamaan yaitu kita harus dapat melakukan proses mati selagi hidup. Dalam memahami proses mati hidup, kita sering terjebak dalam cerita/kisah-kisah yang bersifat simbolis sehingga terjadi penyimpangan dalam menafsirkan dan menerapkannya. Oleh sebab itu dalam memahami prosesi mati selagi kita hidup harus berpegang pada pedoman sebagai berikut :
Setiap Kitab Suci mempunyai ayat-ayat yang bersifat Mukamat dan Muthasyabihat.
Setiap ayat yang mengisahkah tentang proses mati selagi hidup untuk mencapau Mi’raj Rohani selalu mengandung pengertian lahir dan batin.
Setiap Kitab Suci ditujukan untuk manusia yang masih hidup di atas dunia, sehingga apa yang diperintahkan, diinformasikan harus bisa dilaksanakan oleh manusia ketika dia masih hidup di atas dunia.