Kekuatan Doa


Semua agama mengenal doa. Doa adalah salah satu kebiasaan umat beragama yang sudah menjadi pengangan sehari-hari. Tak ada yang begitu mendarah daging seperti doa, untuk semua jenis agama sekalipun. Hampir semua orang yang kita temui pernah menceritakan pengalamannya tentang kekuatan doa, bagaimananya doanya pernah dikabulkan dan bagaimana doa telah menguatkannya dikala susah. 


Apapun warna kulitnya, apapun keturunannya, apapun agamanya, semua orang pasti pernah mengajukan suatu permintaan dan terkabulnya permintaan itu yang dikenal dengan istilah doa. Mungkin ada orang yang berdoa karena membutuhkan uang, dan entah bagaimana caranya tapi ia berhasi mendapatkan uang itu tampak diduga-duganya. Ada seorang wanita yang berdoa untuk meminta makan, kemudian ada yang mengantarkan makanan ke rumahnya. Tetapi sebaliknya tidak kalah drastisnya. Banyak doa yang tak terkabulkan. Orang-orang mati kelaparan, anak kecil yang meninggal dunia meskipun orang tuanya memohon dan berdoa dengan sepenuh hati sepenuh jiwanya.

Kalau ada ilmu yang mempelajari tentang doa, maka akan terungkapkan seribu satu macam kontradiksi, begitu banyak fakta yang menbingungkan dan aneh. Doa yang tak ada artinya dikabulkan, sedangkan permohonan yang sangat penting, tak mendapatkan tanggapan sama sekali. Sakit yang biasa sehari-hari disembuhkan sedangkan doa memohon kesembuhan sesorang yang sangat dicintai tidak didengarkan. Orang yang beriman dan taat akan berkata dengan rendah hati : “Ini adalah kemauan atau takdir Allah” dan ia tak akan berkata dan tak akan bimbang lagi. Tetapi orang yang sudah ma’rifat tak dapat menerima jawaban yang begitu sederhana. Mereka menyadari bahwa dalam doa pun ada hukum-hukum tertentu yang menyebarkan kekuatannya, hukum-hukum yang masih harus ditemukan, diindentifikasikan dan dimengerti.

Marilah kita mulai dengan menganalisa doa seperti yang dialami oleh hampir semua orang di dunia ini. Kata doa itu merupakan kata serapan dari bahasa Arab yaitu Adda’a yang berarti memanggil, memohon dan meminta. Kata doa itu dipakai untuk mencakup pelbagai kegiatan dari kesadaran kita. Karena itu doa tidak dapat diteliti seakan-akan merupakan satu jenis kegiatan yang sama semuanya.

Ada doa yang khusus memohon bantuan untuk suatu keperluan fisik atau materi. Kalau kita jelaskan dengan apa yang tampak di dunia ini, maka doa ini bisa disamakan dengan suatu permohonan yang diajukan oleh seseorang pada orang lain yang lebih tinggi kedudukannya dan mempunyai posisi dan kemungkinan untuk mengabulkan permohonan itu. Dalam hal ini terkandung pengertian bahwa orang yang akan mengabulkan permohonan itu sedikit banyak harus mengurbankan diri atau berusaha, mengurbankan tenaga atau pun juga, sedikit atau pun banyak untuk memenuhi permintaan yang diajukan kepadanya. Perhatikan lagi bahwa doa disini didefinisikan sebagai permohonan kepada sesorang yang mempunyai posisi untuk mengabulkannya. Kita tidak menyebutkan bahwa doa adalah suatu petisi yang diajukan kepada Allah. Meskipun mungkin demikian, tetapi tak selalu harus demikian. Sejujurnya kita harus mengakui bahwa doa yang diucapkan di dunia ini sebagian besar meminta bantuan fisik ataupun materi. Karena itu sesungguhnya doa tidak secara langsung ditujukan kepada Allah. Orang biasanya masih tahu diri dan merasa diri tak berhak memohon materi pada Yang Maha Kuasa itu. Lagi pula ajaran agama sejak dulu kala telah mengajar manusia takut pada Allah, sehingga hubungan batin antara manusia dan Allah tidak seakrab hubungan manusia sesama manusia. Allah menjadi sesuatu yang jauh dan dingin, tak terjangkau dan tak terasakan dalam kehidupan sehari-hari di dunia ini. Allah seakan-akan seseorang yang berkuasa dan yang tinggi kedudukannya, seorang presiden direktur atau pemilik perusahaan yang maha besar, mungkin juga pemimpin suatu bank yang ternama. Karena itu kebanyakan orang merasa dirinya tak sanggup berdoa langsung kepada Allah, mereka tak yakin bahwa doa itu bisa sampai dan akan didengarkan oleh Allah. Doanya mereka arahkan kepada sesuatu ataupun orang lain yang lebih dekat jangkauannya, yang terasa lebih akrab dan memahami kesulitan dan penderitaan mereka. Mereka mencari orang atau makhluk lain yang lebih toleran dan dapat memahami kelemahan manusia dibalik petisi yang diajukan itu.

Sejauh ingatan manusia, para nelayan selalu berdoa kepada lautan atau pada sesuatu lain yang dianggapnya seakan-akan Raja lautan. Mereka berdoa memohon keselamatan dan perjalanan yang aman dan cepat dan tampak kesulitan apa-apa, mereka berdoa memohon ikan, mereka berdoa akan terlindung dari badai dan topan. Mereka juga berdoa kepada Sang Angin dan kepada Aeolus Raja Angin.Atau para nelayan yang berada dipesisir selatan berdoa kepada Nyi Roro Kidul agar diberikan kemudahan dalam menangkap ikan. Para nelayan mengurbankan atau mengirim berbagai persembahan kepada Penguasa Laut Selatan. Mereka menyebut acara tersebut dengan nama Labuh Saji. Biasanya setelah acara itu dilaksanakan,mereka mendapatkan hasil tangkapan ikan yang melimpah. Sehingga mereka percaya bahwa dengan memohon kepada Penguasa Laut Kidul itu, maka hasil tangkapan ikan melimpah. Fakta ini bukan menjadi persoalan dan bukan apa yang akan kita singgung dalam pembahasan ini. Tetapi makalah ini ingin mencoba menjelaskan bahwa tindakan yang mereka lakukan itu dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, dengan sepenuh hati dan dengan kepercayaan serta keyakinan, suatu bentuk doa yang sejati.

Contoh tersebut dikemukakan, karena merupakan contoh yang khas, yang sudah mendarah daging pada masyarakat kita. Kadang-kadang kurban dipersembahkan, kadang-kadang pula tidak. Sehingga timbul pertanyaan : Apakah doa-doa tersebut dipersembahkan kepada bentuk suatu intelegensia? Ataukah hanya merupakan suatu alat saja untuk memusatkan perhatian pada tujuan yang dikehendaki tanpa menyadari bahwa dengan pemusatan perhatian itu ada mekanisme mental tertentu yang terangsang dan bekerja secara otomatis? Coba pikirkan dan pertimbangkan kemungkinan ini.

Pada agama-agama tertentu doa ditujukan kepada orang suci dari pada Tuhan sendiri. Pernah terjadi seorang pemuka agama yang tak bermoral sengaja mendorong dan merangsang kecenderungan ini dengan demikian menambah jumlah doa, jumlah kuban, jumlah prestise dan jumlah pendapatannya sendiri. Sejarah telah mengungkapkan bagaimana para imam-imam Mesir telah mendorong umatnya untuk kembali pada dewa-dewa kuno sesudah Amenhotep memproklamasikan adanya satu Tuhan Yang Maha Kuasa. Dengan demikian mereka akan memperoleh kekuasannya kembali. Tetapi ini bukan suatu alat politis saja untuk mendapatkan kekuasaan, tetapi juga merupakan usaha untuk mendapatkan lebih banyak orang. Kalau Dewa atau Tuhannya diperbanyak, dengan sendirinya jumlah kurban yang dipersembahkan akan menigkat juga. Sekarang ini di India dan Tiongkok orang berdoa pada Buddha, di Rusia orang berdoa pada Santo Sergius, di Italia orang berdoa pada Santo Anthony dan semua orang Kristen berdoa pada keluarga Kudus, Yesus, Santo Yosep dan Bunda Maria. Di sebagian besar negara-negara yang menganut agama Islam biasanya berdoa kepada Nabi Muhammad SAW dan juga kepada para Waliyullah. Sesungguhnya ada beratus-ratus lain lagi, yang menjadi tumpuan doa manusia di dunia ini. Segala bentuk permohonan dan doa diajukan dengan ketulusan hati, dengan mengharapkan bahwa mereka ini akan memahami keadilan dan kebenaran permintaan tersebut, bersimpati dan memahami motivasi ia yang sudah berdoa dan akan mempergunakan kekuatan atau pengaruhnya untuk membantu nmenyediakan keuntungan materi yang diminta itu.

Jadi sudah jelas bahwa bentuk doa yang paling umum, yaitu doa meminta materi ada yang memang langsung ditujukan kepada Tuhan, tetapi lebih banyak doa ditujukan kepada sesuatu atau seseorang yang dianggap mempunyai posisi untuk mengabulkan permohonan itu, dan bisa dibujuk untuk melakukannya..

Kalau kita melihat jauh kedalam hati dan batin orang-orang tersebut kita akan menyadari bahwa doa itu seringkali bersifat kekanak-kanakan sekali. Mungkin dapat kita raba sedikit mengapa ada doa yang dikabulkan dan ada doa yang tak pernah dikabulkan. Doa itu bagaikan anak-anak yang meminta sesuatu pada orang tuanya, sesuatu yang betul-betul mereka inginkan. Kadang-kadang mereka mendapatkan apa yang mereka minta, kadang-kadang juga tidak. Tetapi anak-anak itu tak pernah menyadari sepenuhnya mengapa? Anak-anak itu tak mempunyai pengertian dan keberanian yang cukup untuk berusaha mencari dan mendapatkan sendiri apa yang mereka harapkan itu.

KETUKLAH PINTU GUDANG PERSEDIAAN UNIVERSAL

Salah satu tujuan ajaran Ma’rifatullah adalah: mengajarkan manusia untuk mengangkat dirinya sendiri, keluar dari segala ketergantungan yang kekanak-kanakan itu. Mengajarkan mereka untuk mempergunakan hukum sunatullah itu dengan tenaga dan kemampuan diri sendiri. Murid-muridnya dilatih berkonsentrasi, memusatkan perhatian pada suatu objek tertentu dan tetap mempertahankan perhatian itu. Daya ingatan mereka dilatih dan diusahakan sedapat mungkin membuang segala hambatan dan ide-ide yang salah yang sudah mendarah daging pada diri mereka. Murid-murid ini ajari untuk mengajukan permohonan materi pada Sang Maha Kosmik atau Alam Ketuhanan. Gudang persediaan yang besar sekali. Diajarkan teknik-teknik tertentu yang kalau digunakan dengan cara yang baik akan berhasil mengetuk pintu gudang persediaan yang universal ini. Murid-murid ini diajari bersikap sebagai seorang dewasa menghadapi problema kebutuhan dan persediaan, diberi petunjuk tentang metode doa permuhonan materi yang praktis. Kalau seluruh hakekat problema itu sudah dipahami sedalam-dalamnya maka problema itu dapat diselesaikan dengan baik dan memuaskan.

Metode yang diajarkan itu bukan untung-untungan, lempar saja, siap tahu akan kena. Asalkan permohonan itu tidak terlalu egoistis, atau setidak-tidaknya agak egoistis saja, dan apa bila dikabulkan tidak menggangu atau merugikan orang lain, maka permohonan ini bisa mencapai bidang materi yang diharapkan. Teknik ini akan dibahas dalam makalah ini dalam bentuk sederhana.

PERMINTAAN AKAN TERANG

Dalam dunia kema’rifatan konsep doa yang lebih tinggi tarafnya, yaitu berdoa mengharapkan terang, mengharapkan instruksi dan penerangan yang dapat membantunya mempererat hubungannya dengan Allah Sang Maha Cahaya. Ini adalah aspirasi, dan selalu ditujukan pada Allah sendiri, atau kepada sesuatu bentuk Yang Maha, Maha segala-galanya. Hal ini diisyaratkan dalam sebuah Hadits Nabi Muhammad SAW :

“Ya Allah jadikanlah Cahaya dalam qalbuku, Chaya dalam kuburku, Cahaya dalam pendengaranku, Cahaya dalam penglihatanku, Cahaya dalam rambutku, Cahaya dalam kulitku, Cahaya dalam dagingku, Cahaya dalam darahku, dan Cahaya dalam tulang-tulangku. Dan Cahaya dihadapanku, Cahaya dibelakangku, Cahaya di sebelah kananku, Cahaya disebelah kiriku, Cahaya diatasku dan Cahaya dibawahku. Ya Allah, tambahkanlah Cahaya kepadaku, berikanlah Cahaya kepadaku dan jadikanlah Cahaya bagiku dan jadikanlah diriku Cahaya”. ( HR Bukhori & Muslim )

Permohonan akan Terang atau Cahaya juga difirmankan oleh Allah dalam Al Qur’an, yaitu :

“ Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami Cahaya kami dan ampunilah kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui Segala sesuatu “. ( QS At-Tahrim 66 : 8 )

Banyak orang yang sudah ma’rifatullah berdoa dengan cara ini. Setiap manusia pernah merasakan keinginan, atau kerinduan akan aspirasi, dengan tingkatan pengertian yang berbeda-beda, pada saat dan peristiwa yang berbeda-beda pula. Ada yang memohon bantuan menyelesaikan persoalan moral atau spritual, ada yang memohon dibantu meningkatkan pertumbuhan spritualnya, ada yang memohon dilindungi dan dikuatkan dalam menghadapi godaan, ada yang memohon kebijaksanaan dan demikian seterusnya. Semua ini terus terdengar setiap saat di seluruh dunia bagaikan suatu chorus yang bisa disebutkan sebagai: “doa permohonan dari humanitas”.

Aspirasi inilah, permohonan bantuan spiritual yang tulus, yang akan menghasilkan respons dari Yang Maha Tinggi, dalam bentuk pengajaran yang berupa Wahyu dan Petunjuk. Semakin keras dan semakin kuat teriakan kemanusiaan ini bergema, semakin banyaklah petunjuk dan ungkapan spiritual yang merupakan salah satu wadah yang membantu menyalurkan petunjuk dan bimbingan sebagai respons dari hati dan jiwa yang dengan tulus memohon aspirasi, ribuan orang, jutaan orang diaman pun di dunia ini.

MEDITASI / TAFAKUR – PENYESUAIAN DENGAN ELEMEN-ELEMEN YANG LEBIH TINGGI.

Bentuk ketiga dari doa disebut meditasi atau tafakur. Dengan perantaraan meditasi atau tafakur ini para murid mencari persesuaian nada dengan elemen-elemen dirinya sendiri yang jauh lebih tinggi. Meditasi sesungguhnya juga merupakan doa, doa permohonan meminta bantuan dan petunjuk, sama dengan bentuk pertama dari doa yang kita bahas sebelum ini. Tetapi ada satu perbedaan yang utama. Pada meditasi bantuan yang diminta biasanya tidak ditujukan untuk dirinya sendiri. Kalaupun ia berdoa untuk dirinya sendiri, maka permohonan itu hanyalah permohonan untuk mendapatkan kekuatan atau kebijaksanaan, keahlian sedemikain rupa sehingga ia dapat membantu orang lain, sesama manusia.

Kita bisa memperoleh apa saja yang kita inginkan dalam hidup ini

Sekarang kita sudah mengetahui ketiga jenis doa yang dipanjatkan oleh 99 persen manusia di muka bumi ini. Bukanlah wewenang kita untuk menilai dan menentukan kualitas doa-doa itu dan menentukan doa itu baik atau buruk. Tetapi semua doa itu mempunyai satu elemen yang sama : Semuanya ditujukan kepada yang lain, memohon bantuan. Dengan kata lain: ia yang berdoa mengakui bahwa ia sendiri tak mampu melakukannya. Disinilah letak kesalahan yang utama. Sesungguhnya tak ada yang tak mungkin kita dapatkan, tak ada yang tak mungkin kita lakukan. Terserah pada kita untuk mencari tahu bagaimana caranya untuk mendapatkannya, lalu berkemampuan keras dan teguh untuk berusaha mendapatkannya sampai akhirnya memang berhasil kita dapatkan. Marilah kita bahas konsep doa menurut pandangan orang-orang yang sudah ma’rifatullah.

Untuk memahami doa yang sesungguhnya merupakan suatu kreasi mental, maka kita harus menyadari lebih dahulu bahwa doa itu merupakan proses yang ilmiah. Doa hanya bisa dilakukan kalau semua elemen-elemennya memang disediakan sebagaimana seharusnya. Kalau sampai doa itu gagal, maka berarti satu atau beberapa elemen masih kurang. Mungkin juga prosesnya sendiri yang kurang memenuhi syarat. Dapat diambil contoh misalkan seseorang yang ingin membuat kue. Untuk membuat kue yang baik kita memerlukan tepung dan air, susu dan beberapa butir telur, ditambah mentega dan penyedap. Kalau kita sudah menyediakan bahan-bahan tersebut bukan berarti kita sudah mempunyai kue. Kalau kita sendiri tidak tahu caranya mengolah bahan-bahan itu maka tak akan terbentuk suatu kue. Misalkan kita sudah tahu bagaimana caranya mencampur semua bahan-bahan tersebut dengan perbandingan dan urutan yang tepat. Sekarang adonan itu harus dibakar. Pada saat itu panas yang memegang peranan. Panasnya harus tepat dan lamanya memanaskan pun harus tepat pula. Kalau terlalu panas, kuenya gosong. Kalau kurang panas, kue tak dapat berkembang. Jadi bahan saja belum berarti apa-apa. Dibutuhkan juga pengetahuan yang cukup dan keahlian yang mahir.

Doa seorang yang sudah ma’rifatullah tak kalah kompleksnya. Tetapi kalau kita sudah tahu bagaimana caranya, sesungguhnya hal itu mudah saja. Sesederhana kompleksnya pada pandangan pertama. Tetapi sayangnya tak semua orang berhasil menguasainya. Kalau kita belajar masak kue dan ikut membantu mengocok telur dan mencampur bahan, maka sebentar saja kita sudah akan menguasai teknik memasak kue tanpa melupakan sesuatu bahan atau melewati suatu prosedur. Tetapi kalau kita menghadapi bahan pikiran yang harus disaring dan energi psykhis yang harus dipakai untuk membakar kue itu, maka prosedurnya tampak jauh lebih kompleks dan sulit. Tetapi sekali lagi yang perlu ditekankan, prosedur itu tidak sulit, sungguh-sungguh tidak sulit. Kalau kita sudah menguasainya, maka sama sederhananya, bagaikan orang yang berenang ataupun bersepeda. Bukankah prosedur itu merupakan suatu keajaiban tersendiri bagi mereka yang belum bisa? Mula-mula akan dijelaskan apa saja yang kita butuhkan untuk berdoa, dan sesudahnya akan diceritakan apa yang tak boleh dilakukan. Karena itulah kenyataannya, banyak hal-hal yang dilarang, yang tak boleh dilakukan.


DOA ADALAH VISUALISASI YANG KREATIF.


“ Apabila Rasulullah berdoa, beliau mengangkat kedua tangannya, lalu mengusap wajahnya dengan kedua tangannya “ Di dalam riwayat lain disebutkan, “Beliau menyuruh para sahabatnya untuk melkukan hal itu dan menganjurkannya “ ( HR Ibnu Majah )

“ Sebutkan petunjukmu sebagai petunjuk jalan dan kelurusan sebagai kelurusan tujuan, karena keterkabulan mengikuti penggambaran. Maka barang siapa yang penggambarannya paling baik kepada Al Haq, doanya akan terkabul “ ( HR Muslim )

“ Keabsahan penggambaran mengikuti ilmu yang benar dan kesaksian ( syuhud) yang sahih. Karena itu Rasulullah SAW bersabda “ Kalau kamu mengenal Allah, niscaya doamu dapat menggerakkan gunung “. ( HR Ibnu As Sunni )

Doa sering juga disebut visualisasi yang kreatip. Semua orang sering, atau setidak-tidaknya pernah memvisualisasi sesuatu, beberapa kali sehari. Ada yang lebih sering, ada yang lebih jelas, ada yang kurang, ada yang samar-samar. Rachmaninoff seorang pianis terkenal, pernah mengatakan bahwa sebelum main di panggung setiap nomor yang harus dimainkannya itu sudah dimainkannya dalam pikiran malam sebelumnya. Ia bisa mendengar setiap not dan tahu dimana setiap jari harus dihentakkan tanpa ada piano atau balok not didepannya. Ini merupakan visualisasi yang luar biasa, teliti dan jelas. Untuk bisa melakukannya dibutuhkan konsentrasi. Hasilnya sungguh-sungguh tak ternilai harganya.

Seorang arsitek yang baik sudah membayangkan rumah yang sedang direncanakannya sebelum ia mulai menggambar segarispun. Setiap kloset, setiap tangga sudah ditempatkan dalam visualisasinya itu, padahal gambarannya juga belum digambar. Tenaga-tenaga profesional, pemusik, arsitek dan perencana lainnya, semuanya pandai membayangkan sesuatu, memvisualisasikan sesuatu didalam pikirannya. Tetapi visualisasi itu terbentuk karena sesuatu kebutuhan, baik emosional ataupun fisik yang memang sudah nyata mereka hadapi. Arsitek akan diberi upah, pemusik sedang menghadapi konser, pengusaha harus menjual barangnya. Yang harus kita pelajari adalah memvisualisasikan sesuatu tanpa ada sesuatu kebutuhan yang memaksamu untuk mengambil tindakan.

Visualisasi tidak mengandung rahasia apapun. Semua orang mempunyai kemampuan untuk melakukannya. Tetapi kita harus belajar membayangkan sesuatu sedemikian rupa sehingga apa yang kita bayangkan itu cenderung membentuk dirinya sendiri, memperlihatkan diri baik sebegai objek ataupun sebagai peristiwa dalam dunia fisik. Bagi seorang pemusik atau seorang arsitek, prosedur ini sudah merupakan prosedur sehari-hari. Yang satu sedang memainkan piano concerto dan yang lain sedang mendisain rumah. Tetapi kalau kita tak memiliki piano dan tak memiliki meja gambar,dan juga belum memilki keahlian untuk mempergunakannya maka mau tak mau kita harus mencari metode lain. Tekniknya sederhana sekali dan dapat gunakan untuk memecahkan pelbagai macam persoalan.

Tetapi sebelum kita berusaha menguasai proses ini sebaiknya kita mendalami lebih dahulu hukum-hukum yang ada kaitannya dengan proses itu sendiri. Pertama-tama kita harus tahu dengan jelas dan tepat apa sebetulnya yang akan kita manifestasikan. Kinginan kita tidak bisa menjangkau pelbagai kebutuhan sekaligus. Cari dulu kebutuhan yang paling utama, lalu objek yang primer ini kita manifestasikan lebih dahulu, diberi suatu eksistensi fisik. Kalau ini sudah berhasil baru kita melanjutkan proses dengan objek yang berikutnya.

Pikiran semua orang selalu dipenuhi oleh pelbagai pikiran yang tak ada kaitannya satu dengan yang lainnya, tak teratur dan jerat menjerat. Jadi pikiran ini kita bereskan terlebih dahulu, jernihkan pikiran itu sedemikian rupa sehingga hanya ada satu pikiran saja yang dominan, pikiran tentang apa yang kita butuhkan Sekarang kita sudah mempersiapkan diri dan sudah bisa mulai memvisualisasi. Cari dahulu tempat dimana kita tak akan terganggu oleh dunia luar, untuk tiga puluh menit berturut-turut. Memang visualisasinya sendiri tidak memakan waktu begitu lama, tetapi mungkin kita masih membutuhkan banyak waktu untuk menjernihkan dan mengosongkan pikiran dan menenangkan pikiran.

Kalau kita sudah memilih tempat yang sesuai, mulailah dengan rileks. Berusahalah dengan sadar merilekskan fisik. Rilekskan dahulu jari-jari kaki, kemudian bagian tumit, naik lagi ke betis, lutut, otot-otot paha, otot-otot wajah dan otot-otot sekitar mata, otot-otot sekitar telinga dan otot-otot kepala. Semua ini membutuhkan waktu sekitar tiga-empat menit. Sesudah rileks kita akan merasa tenang, dan tenang sekali.

Sekarang tibalah saatnya untuk mengalihkan perhatian ke pikiran. Memang sulit sekali bagi seorang awam untuk memperlambat jalannya pikiran dan menghentikannya begitu saja. Karena itu kita perlu mencari alat bantu. Tutuplah matamu dan melihatlah dengan mata pikiranmu. Apa yang terlihat? Suatu layar yang putih dan polos, bagaikan layar bioskop. Lihat bagaimana layar itu memenuhi seluruh ruang, warnanya putih terang. Sekarang secara sadar dan berhati-hati cobalah melihat dalam kesadaran pikiran gambaran dari apa yang memang ingin di manifestasikan. Lihatlah gambaran itu seakan-akan bendanya memang ada didepan kita. Untuk ini dibutuhkan: tujuan yang tunggal, imajinasi yang baik dan kemampuan berkonsentrasi. Semua ini tak akan datang begitu saja, itu sudah pasti. Tetapi kalau kita rajin berlatih, semakin lama semakin jelaslah apa yang kita inginkan itu.

Semua orang yang hidup, baik lelaki maupun wanita mempunyai kemampuan untuk menciptakan dalam bidang material. Tapi untuk dapat mencipta, kitan harus mau dan dapat mempergunakan alat-alat yang sudah disediakan. Yang pertama adalah kemampuan untuk memvisualisasi dan kedua adalah imajinasi. Kedua alat ini harus bekerja sama. Imajinasi harus menyediakan gambaran-gambaran, mungkin hasil rekoleksi atau ide-ide yang menciptakan kreasi baru. Gambaran-gambaran ini kemudian dilemparkan ke atas layar yang sudah tersedia, yaitu layar kesadaran kita dan tetap dipertahankan di situ. Visualisasi ini harus mempunyai daya tahan, kalau memang ingin terproyeksikan keluar dalam dunia dan peristiwa fisik. Semakin lama kita mampu menahan gambar itu semakin cepat gambar itu akan memanifestasikan dirinya. Disinilah alat ketiga harus digunakan yaitu kemampuan untuk berkonsentrasi.

Kita bisa berhenti sampai disini dan mengatakan: “sudah, hanya itu”. Dan kita memang tidak salah. Kita sudah memiliki semua bahan-bahan dasar yang kita perlukan. Tapi kita tahu bahwa masih banyak pertanyaan menanti, pertanyaan yang belum terjawabkan. Kita akan mencoba memperincinya lebih lanjut.

Bagi beberapa orang teknik ini tampaknya terlalu sederhana. Ada lagi yang lain yang tidak percaya teknik seperti ini akan berhasil. Dengan demikian sukses sudah dimatikan sebelum mempunyai kesempatan untuk berkembang. Karena tanpa kepercayaan memang tak akan tercapai apa-apa. Kepercayaan yang teguh bahwa apa yang akan kita visualisasikan itu benar-benar akan termanifestasikan, ini adalah dasar dari seluruh proses yang diajarkan. Ada lagi yang menganggapnya sebagai suatu proses yang sederhana sekali. Mereka kurang serius dan kurang hati-hati, sehingga segalanya hanya setengah-setengah saja. Seakan-akan mencampurkan semua bahan kue dalam satu loyang tapi tak berusaha mencampurnya dengan baik-baik. Ada yang mengalami kesulitan untuk memvisualisir sesuatu, ada pula yang sulit berkonsentrasi. Jadi nyatanya doa ini sungguh tidak mudah. Tetapi kita dapat menguasainya asalkan kita rajin berlatih, berlatih dengan teratur. Tetapi di dunia ini tak ada satu keahlianpun yang bisa dikuasai dengan sempurna tanpa latihan yang teratur dan rajin.

APA YANG KITA VISUALISASIKAN AKAN MENJADI FAKTA MATERI

Ada beberapa detail penting yang masih harus ditambahkan lagi. Contoh: kalau misalnya tujuan kita adalah perjanjian usaha yang penting atau pembukaan usaha baru, maka cobalah membentuk gambar pada saat transaksi itu akan dilaksanakan. Dengan mempertahankan gambaran itu selama 2 atau 3 menit setiap kali, terlihat terang serta kuat sekali dalam pikiranmu sendiri, maka sesungguhnya engkau sedang menciptakan situasi yang sama dalam keadaan yang nyata. Tetapi kita tidak boleh lupa bahwa situasi yang kita kehendaki itu merupakan situasi yang berkaitan dengan dunia materi. Untuk merubahnya menjadi suatu materi diperlukan energi. Semakin besar perbedaannya semakin besar energi yang diperlukan. Suatu manifestasi yang sederhana mungkin merupakan hasil dari satu meditasi/tafakur yang kreatif. Proyek yang besar mungkin memerlukan meditasi sampai seratus kali. Disini berlaku juga hukum fisik sebagaimana juga seluruh alam semesta ini
.
Menciptakan suatu gambaran bisa mempergunakan berbagai macam teknik. Kita bisa membayangkan diri sendiri sebagai seorang seniman dan layar pikiran adalah kanvasnya. Sekarang gambarlah sesuka hati, dengan warna bercorak ragam apa yang terkandung dalam hati kita. Pergunakanlah seluruh imajinasi, berilah gambar itu suara dan bebauan. Kalau gambaran itu berada di luar ruangan, jangan lupa rasa panas matahari dan hembusan angin yang sejuk. Jadikanlah gambaran itu suatu yang riel, suatu yang sungguh-sungguh ada.

Pada akhir setiap periode visualisasi, putarlah gambaran itu kedalam, proses ini hampir sama dengan proses menelan. Tetapi disini kita tak mempergunakan kerongkongan untuk menelan, tetapi mempergunakan pikiran kita. Lalu lupakan sama sekali. Jangan biarkan pikiran kita kembali lagi menguak-nguak apa yang telah kita lukiskan tadi dan jangan biarkan bayangan lukisan itu mengembara ke dalam imajinasi kita. Ini penting sekali. Kalau kita tetap mempertahankan lukisan itu seakan-akan mengikatnya dengan mental kita sendiri, maka energi yang tersimpan akan terkikis habis, energi yang diperlukan untuk memanifestasikan lukisan tersebut.

Dengan memvisualisasikan objek yang kita inginkan itu secara teratur, berulang kali, maka secara tak langsung kita telah merangsang energi. Sekarang energi itu mulai bekerja. Tetapi kita sendiri harus membantu sedapat mungkin agar lukisan itu termanifestasikan dalam kehidupan yang nyata di dunia ini. Jangan duduk tenang-tenang seakan-akan hendak menantang: “Coba sekarang, manifestasikan dirimu” bantulah sedapat mungkin. Lebih mudah masuk melalui pintu yang terbuka dari pada harus menerobos pintu yang tertutup. Ingat, kita sendiri juga harus yakin seyakin-yakinnya bahwa apa yang kita inginkan itu memang baik dan patut dicita-citakan dan bahwa keinginanmu itu tidak akan merugikan orang lain. Ini bukan persoalan. Allah yang akan bertindak melawan segala perbuatan yang jahat dan berlawanan dengan keinginan-Nya. Memang tampaknya demikian, tetapi sesungguhnya suara hati nuranimulah yang memegang peranan. Suara hati nurani yang merasa diri bersalah akan memutuskan aliran energi. Hanya orang yang betul-betul jahat dan belum berkembang kepribadiannya sajalah yang mempunyai kemampuan untuk melawan suara hati nurani dan hambatan mental ini.

Dalam hal ini kita diperingatkan agar jangan sampai kita merencanakan sesuatu dengan gegabah. Ingat cerita jin dalam botol yang akan mengabulkan tiga buah permintaan, dan ketiga-tiganya gagal total. Setiap orang mempunyai kemungkinan yang luas sekali jangkauannya dan kreasi mental kita sendiri tetap bahagia dan sukses kalau memang sesuai dengan batas-batas nilai-nilai tertentu. Mungkin bagi kita tak ada yang tak mungkin. Memang dalam zaman sekarang ini apa yang di katakan itu hampir benar. Tetapi ini bukan berarti bahwa tak ada yang tak mungkin bagi kita. Setiap orang mempunyai limitnya sendiri. Misalkan saja tiba-tiba kita mempunyai keinginan untuk menjejakkan kaki di bulan. Kita tahu ini memang bukan merupakan sesuatu angan-angan yang tak mungkin terjadi. Tetapi bagi kita itu tak mungkin terjadi. Bukankah kita hanya akan membuang-buang energi hanya utuk memuaskan suatu keinginan yang tak mungkin tercapai ?

Ada sebuah contoh, apa akibatnya kalau hukum kreasi tidak digunakan sebagaimana semestinya. Ini adalah contoh buat kita semua : Ada seorang pekerja pabrik yang ingin mempergunakan hukum kreasi ini untuk mendapatkan uang sebesar 50.000.000 rupiah. Ia mulai memvisualisasikan apa yang diinginkannya itu setiap hari, sampai berbulan-bulan. Makin lama gambaran itu semakin jelas. Tetapi hanya itulah usahanya, ia tak berusaha melakukan tindakan apapun, tak berusaha bekerja lebih keras atau mencari akal untuk mendapatkan uang sebanyak itu. Suatu hari ia tergelincir dan jatuh di atas mesin sedemikian rupa sehingga kakinya hancur. Untung sesudah dioperasi ia masih dapat berjalan memakai sepatu khusus, tetapi kakinya mulai dari pergelangan kaki telah diamputir. Perusahaan itulah yang membayar rumah sakit, membayar gaji penuh selama ia dirawat dan memperlakukannya dengan baik. Waktu ia kembali kerja ia dipanggil menghadap pimpinan ditawari uang sebanyak 50.000.000 rupiah asalkan ia tak akan menuntut lagi perusahaan itu.