Ketika seorang pria yang sudah berumah tangga dihadapkan pada suatu pilihan di mana ia harus memilih satu diantara 3 pilihan, yaitu ibu, istri, dan anak. Manakah yang akan ia pilih ?
Tentu ini akan menjadi dilema baginya ketika harus memilih satu saja diantara 3 pilihan tersebut. Jika boleh memilih semua, tentu ia akan memilih ketiganya. Karena ketiga orang yang harus dipilih tersebut adalah orang-orang yang ia sayangi dan orang-orang yang harus ia lindungi.
Meski orang selalu berkata, "ada bekas istri/suami, tapi tidak ada bekas anak atau bekas orangtua". Namun, antara istri, anak, dan orang tua semuanya sama-sama memiliki peran yang penting dalam kehidupan seseorang.
Berikut sebuah kisah ketika seseorang harus memilih antara ibu, istri dan anaknya, maka ia memilih.
Seorang Profesor melakukan riset kecil kepada mahasiswa2nya yang sudah berkeluarga. Dia lalu meminta 1 orang mahasiswa untuk maju ke depan papan tulis.
Professor : "Tuliskan 10 nama orang yang paling dekat denganmu."
Lalu mahasiswa itu menulis 10 nama, ada nama tetangga, orgtua, teman kerja, istri, anaknya, saudara, dst.
Profesor : "Sekarang silahkan pilih 7 orang diantara 10 nama tsb yang kamu benar benar ingin hidup terus bersamanya."
Mahasiswa itu lalu mencoret 3 nama.
Profesor : "Silahkan coret 2 nama lagi." Tinggalah 5 nama tersisa.
Profesor : "Coret lagi 2 nama."
Tersisalah 3 nama yaitu nama ibu, istri dan anak.
Suasana kelas jadi hening. Mereka mengira semuanya sudah selesai dan tak ada lagi yang harus dipilih.
Tiba tiba Profesor itu berkata : "Silahkan coret 1 nama lagi!"
Mahasiswa itu tertegun untuk sementara waktu. Lalu ia dengan perlahan mengambil pilihan yang amat sulit itu dan mencoret nama ibunya.
Profesor : "Silahkan coret 1 nama lagi !"
Hati sang mahasiswa makin bingung. Suasana kelas makin tegang. Mereka semua juga berpikir keras mencari pilihan yg terbaik. Mahasiswa itu kemudian mengangkat spidolnya & dengan sangat lambat ia mencoret nama anaknya. Pada saat itulah sang mahasiswa tidak kuat lagi membendung air matanya, ia menangis. Awan kesedihan meliputi seluruh sudut ruang kuliah. Setelah suasana lebih tenang, Sang Professor akhirnya bertanya kepada mahasiswa itu, "Kamu tidak memilih orang tua yang membesarkanmu, tidak juga memilih anak yang adalah darah dagingmu; kenapa kamu memilih istrimu? Toh istri bisa dicari lagi kan ?"
Semua orang di dalam ruang kuliah terpana menunggu jawaban dari mulut mahasiswa itu. Lalu mahasiswa itu berkata lirih, "Seiring waktu berlalu, orang tua saya harus pergi dan meninggalkan saya.
Demikian juga anak saya. Jika dia sudah dewasa lalu menikah. Artinya dia pasti meninggalkan saya juga. Akhirnya orang yang benar benar bisa menemani saya dalam hidup ini, bahkan yang dengan sabar dan setia mendampingi dan mensuport saya saat tertatih dan terseok-seok berjalan menghadapi himpitan kehidupan untuk meraih karir hanyalah ISTRI saya".
Setelah nenarik nafas panjang dia melanjutkan, "Orangtua dan anak bukanlah saya yang memilih, tapi Tuhan yang menganugerahkan. Sedangkan isteri ? Saya sendirilah yang memilihnya dari sekian juta wanita yang ada di dunia".
Dari kisah di atas, ada hikmah yang bisa kita ambil. Meski seorang istri suatu saat bisa menjadi mantan istri, namun istri lah yang selalu setia mendampingi dan menemani suami untuk menghabiskan sisa usia bersama-sama, bahkan hingga menghembuskan nafas terakhir.