Setelah kita mengetahui tentang asal kata dan arti kata tasawuf serta hikmah yang terkandung di dalam kata tersebut maka perlu juga kita bahas tentang pengertian atau definisi tasawuf menurut para ahli tasawuf maupun para sarjana yang mengkaji ilmu tasawuf ini.
Para sarjana dan para ahli tasawuf saat ini juga masih berbeda pendapat dalam menerangkan apa tasawuf yang sebenarnya. Hal ini dikarenakan mereka menyelidiki apa itu tasawuf sesuai dengan latar belakang keilmuan yang berbeda. Mayoritas sarjana yang melakukan penyelidikan tentang tasawuf bukanlah seorang praktisi tasawuf, tetapi lebih kepada seorang akademisi tasawuf, tegasnya orang tersebut bukan seorang yang menjalani hidup kesufian tetapi sekedar hanya mendalami dunia tasawuf sebatas pengetahuan teoritis. Sehingga tak jarang terjadi perbedaan pendapat diantara mereka.
Dan yang sangat disayangkan, kadang diantara mereka ada yang memvonis atau menuding sesat atau kafir terhadap tokoh-tokoh tasawuf yang tidak sesuai dengan pandangan atau keyakinannya yang biasanya didasari oleh pengetahuan tentang tasawuf dari segi teoritisnya. Padahal kita mengetahui bahwa tasawuf adalah suatu Ilmu yang sarat dengan dimensi-dimensi rohaniah yang dapat dirasakan dan diketahui hanya oleh orang-orang yang telah menghayati, mempraktekan serta mengalami pengalaman tasawuf.
Berikut ini penulis mencoba mengetengahkan berbagai pendapat para ahli tasawuf dan para sarjana tasawuf mengenai apa sesungguhnya Ilmu tasawuf itu :
Menurut Syeikh Al Junaid : Tasawuf adalah membersihkan hati dari apa yang mengganggu perasaan kebanyakan makhluk, berjuang meninggalkan pengaruh budi bawaan (instik), memadamkan sifat-sifat kelemahan kita sebagai manusia, menjauhi segala seruan dari hawa nafsu, mendekati sifat-sifat kesucian rohani dan bergantung kepada ilmu hakikat, menaburkan nasihat kepada semua manusia, memegang janji dengan Allah dalam hal hakikat dan mengikuti contoh Rasulullah Saw dalam hal syariat.
Menurut Abul Qosim Al Qusairy : Tasawuf adalah menerangkan dengan secara konsekuen ajaran-ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, berjuang menekan hawa nafsu, mengendalikan syahwat, menjauhi perbuatan bid’ah dan meringan-ringankan ibadah.
Menurut Abdullah At Tastury : Tasawuf adalah orang yang membersihkan diri dari kerusakan budi, selalu dalam renungan yang mendalam, putus hubungan dengan manusia, hanya menuju Allah semata dan menilai budi mulia lebih berharga dari emas dan permata.
Menurut Ibnu Khaldun : Tasawuf adalah semacam ilmu syariat yang timbul kemudian di dalam agama, asalnya adakah bertekun ibadah dan memutuskan pertalian dengan segalanya selain Allah, hanya menghadap Allah Swt. Menolak hiasan-hiasan pertalian dengan segalanya selain Allah, hanya menghadap Allah Swt. Menolak hiasan-hiasan dunia serta membenci perkara-perkara yang selalu memperdayakan orang banyak, menolak kelezatan dunia dan harta benda serta menyendiri menuju jalan Tuhan dalam khalawat dan ibadat.
Menurut Abdullah Wahab As Sya’roni : Tasawuf adalah pengetahuan yang dilimpahkan ke dalam qalbu para aulia dikala hati mereka telah disinari oleh Cahaya Al-Qur’an dan Sunnah Nabi.
Menurut Imam Al Ghazali : Tasawuf adalah memakan yang halal, mengikuti akhlak, perbuatan dan perintah Rasul yang tercantum dalam Sunnahnya. Imam Al Ghazali di dalam Kitabnya Ulumiddin juga juga menukilkan beberapa pendapat tentang definisi Tasawuf yaitu :
Pertama : Ilmu tasawuf adalah pengetahuan tentang hal ikhlas dan menjauhi hal-hal yang merusak jiwa, cara membedakan bisikan iblis dan bisikan malaikat.
Kedua : Ilmu tasawuf adalah pengetahuan tentang hal diri dan tingkatan kita dalam mendekatkan diri kepada Allah.
Ketiga : Ilmu tasawuf adalah ilmu batin yang hanya menjadi tugas golongan tertentu yang ahli dalam ilmu tersebut dan bukan untuk umum.
Menurut Abu Thalib Al Makky : Tasawuf adalah ilmu tentang kandungan Al-Qur’an dan Al Hadits
Menurut Al Maudi : Tasawuf adalah penuh cinta kepada Allah Swt dan setiap cinta memerlukan ketundukkan kepada Allah seperti yang tercantum dalam Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Saw.
Menurut Abu Yazid Al Bushami : Tasawuf adalah ha, Kha dan jim, maksudnya yaitu menghiasi diri dengan akhlak yang terpuji, dilepaskan diri dari perangi yang tercela dan mendekatkan diri kepada Tuhan agar dapat melihat tajalli-Nya.
Menurut Ma’ruf Al Karakhi : Tasawuf adalah mengambil hakikat dan putus asa dari apa yang ada dalam genggaman tangan makhluk.
Menurut Basyir Al Haris : Tasawuf adalah “Ash Shufi man shafa qalbulu” artinya orang sufi yang telah bersih hatinya semata-mata untuk Allah.
Menurut Abu Muhammad Al Zurairy : Tasawuf adalah masuk ke dalam budi menurut contoh yang ditinggalkan oleh Nabi dan keluar dari budi yang rendah.
Menurut Zakaria Al Anshari : Tasawuf adalah ilmu yang menerangkan hal-hal tentang cara membersihkan atau mensucikan jiwa, tentang cara memperbaiki akhlak dan tentang cara pembinaan kesejahteraan lahir dan batin untuk mencapai kebahagiaan abadi.
Menurut Ahmad Amin : Dalam bukunya Zuhrul Islam mengatakan bahwa pengertian tasawuf adalah bertekun diri dalam beribadah, berhubungan langsung dengan Allah, menjauhkan diri dari kemewahan duniawi dan hiasannya, berlaku zuhud terhadap apa yang diburu oleh orang banyak seperti kejahatan, harta benda dan menyendiri dari makhluk di dalam khalawat untuk beribadah.
Menurut DR. Syeikh H. Jalaludin : Dalam bukunya seribu satu wasiat terakhir menyatakan bahwa, pengertian tasawuf adalah berkekalan menghambakan diri lahir dan batin kepada Allah serta berkekalan hadir hati beserta Allah.
Menurut Prof. Abu Bakar Aceh, tasawuf adalah suatu Ilmu pengetahuan untuk mencari kecintaan dan kesempurnaan rohani.
Menurut Kyai Ageng Usman Nitiprayitna DW, dalam bukunya yang berjudul : Renungan Tentang hakikat Diri Menurut Tinjauan Tasawuf, mengatakan bahwa ada enam ciri khas tasawuf, yaitu :
Tasawuf adalah ilmu untuk melakukan atau menjalankan laku mi’raj rohani menemui Allah.
Tasawuf adalah ilmu untuk menyatukan atau memusatkan konsentrasi kepada Allah.
Tasawuf adalah laku untuk memutuskan hubungan dengan makhluk dengan tujuan untuk menguatkan hubungan dengan Khalik.
Tasawuf adalah laku untuk merasakan atau menikmati kebahagiaan karena memasuki budi pekerti terpuji dan keluar atau meninggalkan budi pekerti tercela.
Tasawuf adalah laku untuk menjauhkan atau mengasingkan diri dari segala godaan dunia, kemewahan serta segala permasalahan manusia karena sedang beribadat secara hakikat yang benar dan mutlak kepada Allah.
Tasawuf adalah laku untuk mencapai alam pengungsian atau alam peristirahatan dengan menunaikan Islam yang sejati di dalam surga.
Menurut Kyai Amiruddin Syah DW, dalam bukunya “Menitis Puisi Sufi” mengatakan bahwa tasawuf adalah usaha pencarian, pendakian suatu tanjakan (Aqabah) dengan tujuan akhir untuk menjadi ahli tasawuf. Ahli tasawuf adalah orang yang sudah sampai di akhir perjalanan yaitu penyaksian (musyahadah) kepada Allah. Ahli tasawuf disebut juga ahli mukhasyafah. Sufi adalah kumpulan yang tidak bernama dari orang-orang yang sudah mukhasyafah atau ahli tasawuf. Kaum sufi bukanlah kelompok organisasi sosial atau politik. Mereka hanya berdiskusi tentang pengalaman ilmu ke-Tuhan-an. Pada umumnya mereka tidak saling mengenal tetapi dari sepatah dua perkataan tentang Tuhan maka mereka sudah dapat saling mengenal ke dalam ilmu Ketuhanan yang dimilikinya.
Sebenarnya masih banyak lagi pendapat para ahli dan sarjana tasawuf mengenai apa sesungguhnya pengertian dari ilmu tasawuf itu. Tetapi menurut penulis, uraian tentang pengertian tasawuf seperti tersebut di atas kiranya sudah cukup bagi kita untuk mengetahui tentang asal kata, arti kata, dan pengertian kata “tasawuf” sekaligus untuk mengambil kesimpulan ke dalam tiga materi pokok yaitu :
1) Semua definisi atau pengertian di atas berobyek kepada masalah yang berkaitan dengan keberadaan diri dan Ilahi.
2) Semua pengertian tersebut cenderung menguraikan laku rohani seorang insan dalam berhubungan dengan Tuhannya dan dengan makhluk lain.
3) Laku seseorang dalam berhubungan dengan Tuhan dan berhubungan dengan makhluk lainnya itu harus berjalan di atas landasan Al Qur’an dan Sunnah Nabi.
4) Tujuan akhir bertasawuf adalah untuk mendapatkan pengalaman ber-Tuhan melalui jalan mukhasyafah atau musyahadah, kemudian mengaplikasikannya dalam sifat dan sikap serta tingkah laku yang mengarah kepada sifat-sifat terpuji.
Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas, penulis mencoba membuat satu definisi tentang “tasawuf” yaitu usaha untuk mengenal diri dan Ilahi. Tujuan akhir dari mengenal diri dan Ilahi adalah untuk mendekatkan diri kepada Ilahi dan menumbuhkan sifat-sifat Ilahi yang terpuji dalam berinteraksi antar diri dan dengan Ilahi.
Dengan definisi tasawuf yang dibuat oleh penulis, maka kajian Ilmu tasawuf sebagai ilmu untuk mengenal diri dan Illahi akan dibagi menjadi 3 (tiga) aspek atau bagian sesuai dengan ciri khas yang selalu dimiliki oleh setiap Ilmu Pengetahuan, yaitu :
Aspek Ontologi Ilmu Tasawuf
Dalam aspek ini kita akan membahas hakikat apa yang dikaji oleh Ilmu Tasawuf. Karena obyek yang menjadi pokok bahasan Ilmu Tasawuf adalah mengenai diri dan Ilahi maka aspek ontologis yang akan kita kaji secara garis besarnya adalah sebagai berikut :
Pengkajian tentang diri, baik eksistensi maupun esensinya dipandang dari segi lahiriah maupun rohaniah berdasarkan dalil aqli dan dalil naqli.
Pengkajian tentang eksistensi dan esensi Ilahi berdasarkan dalil aqli dalil naqli.
Pengkajian tentang status, kedudukan, peran, tugas, kewajiban, dan tangung jawab diri.
Pengkajian tentang hubungan antara manusia dengan alam semesta dan Ilahi.
Dan lain sebagainya, disesuaikan dengan perkembangan landasan ontologi Ilmu Tasawuf itu sendiri.
Aspek Epistemologi Ilmu Tasawuf
Dalam aspek ini kita akan membahas bagaimana caranya mendapatkan pengetahuan tentang mengenal diri dan Ilahi, yang secara garis besarnya adalah sebagai berikut :
Pengkajian tentang berbagai usaha diri untuk mengenal diri Ilahi, berdasarkan dalil aqli maupun dalil naqli secara teoritis.
Pengalaman cara mengenal diri dan Ilahi dengan laku atau praktek yang bersifat umum.
Pengalaman cara mengenal diri dan Ilahi dengan laku praktek yang bersifat khusus.
Aspek Aksiologis Ilmu Tasawuf
Dalam aspek ini kita akan membahas untuk apa Ilmu Tasawuf itu dipergunakan. Secara garis besarnya aspek aksiologis Ilmu Tasawuf adalah sebagai berikut.
Pengkajian tentang aplikasi Ilmu Tasawuf dalam nilai-nilai kehidupan yang terdiri dari nilai-nilai moral, agama, masyarakat, negara dan universal, berdasarkan dalil aqli dan nqli.
Mengkaji tentang aplikasi Ilmu Tasawuf dalam konteks hubungan dengan diri, hubungan diri dengan alam semesta dan hubungan diri dengan Ilahi.
Dan lain sebagainya, disesuaikan dengan situasi dan kondisi perkembangan peradaban manusia.
Para sarjana dan para ahli tasawuf saat ini juga masih berbeda pendapat dalam menerangkan apa tasawuf yang sebenarnya. Hal ini dikarenakan mereka menyelidiki apa itu tasawuf sesuai dengan latar belakang keilmuan yang berbeda. Mayoritas sarjana yang melakukan penyelidikan tentang tasawuf bukanlah seorang praktisi tasawuf, tetapi lebih kepada seorang akademisi tasawuf, tegasnya orang tersebut bukan seorang yang menjalani hidup kesufian tetapi sekedar hanya mendalami dunia tasawuf sebatas pengetahuan teoritis. Sehingga tak jarang terjadi perbedaan pendapat diantara mereka.
Dan yang sangat disayangkan, kadang diantara mereka ada yang memvonis atau menuding sesat atau kafir terhadap tokoh-tokoh tasawuf yang tidak sesuai dengan pandangan atau keyakinannya yang biasanya didasari oleh pengetahuan tentang tasawuf dari segi teoritisnya. Padahal kita mengetahui bahwa tasawuf adalah suatu Ilmu yang sarat dengan dimensi-dimensi rohaniah yang dapat dirasakan dan diketahui hanya oleh orang-orang yang telah menghayati, mempraktekan serta mengalami pengalaman tasawuf.
Berikut ini penulis mencoba mengetengahkan berbagai pendapat para ahli tasawuf dan para sarjana tasawuf mengenai apa sesungguhnya Ilmu tasawuf itu :
Menurut Syeikh Al Junaid : Tasawuf adalah membersihkan hati dari apa yang mengganggu perasaan kebanyakan makhluk, berjuang meninggalkan pengaruh budi bawaan (instik), memadamkan sifat-sifat kelemahan kita sebagai manusia, menjauhi segala seruan dari hawa nafsu, mendekati sifat-sifat kesucian rohani dan bergantung kepada ilmu hakikat, menaburkan nasihat kepada semua manusia, memegang janji dengan Allah dalam hal hakikat dan mengikuti contoh Rasulullah Saw dalam hal syariat.
Menurut Abul Qosim Al Qusairy : Tasawuf adalah menerangkan dengan secara konsekuen ajaran-ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, berjuang menekan hawa nafsu, mengendalikan syahwat, menjauhi perbuatan bid’ah dan meringan-ringankan ibadah.
Menurut Abdullah At Tastury : Tasawuf adalah orang yang membersihkan diri dari kerusakan budi, selalu dalam renungan yang mendalam, putus hubungan dengan manusia, hanya menuju Allah semata dan menilai budi mulia lebih berharga dari emas dan permata.
Menurut Ibnu Khaldun : Tasawuf adalah semacam ilmu syariat yang timbul kemudian di dalam agama, asalnya adakah bertekun ibadah dan memutuskan pertalian dengan segalanya selain Allah, hanya menghadap Allah Swt. Menolak hiasan-hiasan pertalian dengan segalanya selain Allah, hanya menghadap Allah Swt. Menolak hiasan-hiasan dunia serta membenci perkara-perkara yang selalu memperdayakan orang banyak, menolak kelezatan dunia dan harta benda serta menyendiri menuju jalan Tuhan dalam khalawat dan ibadat.
Menurut Abdullah Wahab As Sya’roni : Tasawuf adalah pengetahuan yang dilimpahkan ke dalam qalbu para aulia dikala hati mereka telah disinari oleh Cahaya Al-Qur’an dan Sunnah Nabi.
Menurut Imam Al Ghazali : Tasawuf adalah memakan yang halal, mengikuti akhlak, perbuatan dan perintah Rasul yang tercantum dalam Sunnahnya. Imam Al Ghazali di dalam Kitabnya Ulumiddin juga juga menukilkan beberapa pendapat tentang definisi Tasawuf yaitu :
Pertama : Ilmu tasawuf adalah pengetahuan tentang hal ikhlas dan menjauhi hal-hal yang merusak jiwa, cara membedakan bisikan iblis dan bisikan malaikat.
Kedua : Ilmu tasawuf adalah pengetahuan tentang hal diri dan tingkatan kita dalam mendekatkan diri kepada Allah.
Ketiga : Ilmu tasawuf adalah ilmu batin yang hanya menjadi tugas golongan tertentu yang ahli dalam ilmu tersebut dan bukan untuk umum.
Menurut Abu Thalib Al Makky : Tasawuf adalah ilmu tentang kandungan Al-Qur’an dan Al Hadits
Menurut Al Maudi : Tasawuf adalah penuh cinta kepada Allah Swt dan setiap cinta memerlukan ketundukkan kepada Allah seperti yang tercantum dalam Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Saw.
Menurut Abu Yazid Al Bushami : Tasawuf adalah ha, Kha dan jim, maksudnya yaitu menghiasi diri dengan akhlak yang terpuji, dilepaskan diri dari perangi yang tercela dan mendekatkan diri kepada Tuhan agar dapat melihat tajalli-Nya.
Menurut Ma’ruf Al Karakhi : Tasawuf adalah mengambil hakikat dan putus asa dari apa yang ada dalam genggaman tangan makhluk.
Menurut Basyir Al Haris : Tasawuf adalah “Ash Shufi man shafa qalbulu” artinya orang sufi yang telah bersih hatinya semata-mata untuk Allah.
Menurut Abu Muhammad Al Zurairy : Tasawuf adalah masuk ke dalam budi menurut contoh yang ditinggalkan oleh Nabi dan keluar dari budi yang rendah.
Menurut Zakaria Al Anshari : Tasawuf adalah ilmu yang menerangkan hal-hal tentang cara membersihkan atau mensucikan jiwa, tentang cara memperbaiki akhlak dan tentang cara pembinaan kesejahteraan lahir dan batin untuk mencapai kebahagiaan abadi.
Menurut Ahmad Amin : Dalam bukunya Zuhrul Islam mengatakan bahwa pengertian tasawuf adalah bertekun diri dalam beribadah, berhubungan langsung dengan Allah, menjauhkan diri dari kemewahan duniawi dan hiasannya, berlaku zuhud terhadap apa yang diburu oleh orang banyak seperti kejahatan, harta benda dan menyendiri dari makhluk di dalam khalawat untuk beribadah.
Menurut DR. Syeikh H. Jalaludin : Dalam bukunya seribu satu wasiat terakhir menyatakan bahwa, pengertian tasawuf adalah berkekalan menghambakan diri lahir dan batin kepada Allah serta berkekalan hadir hati beserta Allah.
Menurut Prof. Abu Bakar Aceh, tasawuf adalah suatu Ilmu pengetahuan untuk mencari kecintaan dan kesempurnaan rohani.
Menurut Kyai Ageng Usman Nitiprayitna DW, dalam bukunya yang berjudul : Renungan Tentang hakikat Diri Menurut Tinjauan Tasawuf, mengatakan bahwa ada enam ciri khas tasawuf, yaitu :
Tasawuf adalah ilmu untuk melakukan atau menjalankan laku mi’raj rohani menemui Allah.
Tasawuf adalah ilmu untuk menyatukan atau memusatkan konsentrasi kepada Allah.
Tasawuf adalah laku untuk memutuskan hubungan dengan makhluk dengan tujuan untuk menguatkan hubungan dengan Khalik.
Tasawuf adalah laku untuk merasakan atau menikmati kebahagiaan karena memasuki budi pekerti terpuji dan keluar atau meninggalkan budi pekerti tercela.
Tasawuf adalah laku untuk menjauhkan atau mengasingkan diri dari segala godaan dunia, kemewahan serta segala permasalahan manusia karena sedang beribadat secara hakikat yang benar dan mutlak kepada Allah.
Tasawuf adalah laku untuk mencapai alam pengungsian atau alam peristirahatan dengan menunaikan Islam yang sejati di dalam surga.
Menurut Kyai Amiruddin Syah DW, dalam bukunya “Menitis Puisi Sufi” mengatakan bahwa tasawuf adalah usaha pencarian, pendakian suatu tanjakan (Aqabah) dengan tujuan akhir untuk menjadi ahli tasawuf. Ahli tasawuf adalah orang yang sudah sampai di akhir perjalanan yaitu penyaksian (musyahadah) kepada Allah. Ahli tasawuf disebut juga ahli mukhasyafah. Sufi adalah kumpulan yang tidak bernama dari orang-orang yang sudah mukhasyafah atau ahli tasawuf. Kaum sufi bukanlah kelompok organisasi sosial atau politik. Mereka hanya berdiskusi tentang pengalaman ilmu ke-Tuhan-an. Pada umumnya mereka tidak saling mengenal tetapi dari sepatah dua perkataan tentang Tuhan maka mereka sudah dapat saling mengenal ke dalam ilmu Ketuhanan yang dimilikinya.
Sebenarnya masih banyak lagi pendapat para ahli dan sarjana tasawuf mengenai apa sesungguhnya pengertian dari ilmu tasawuf itu. Tetapi menurut penulis, uraian tentang pengertian tasawuf seperti tersebut di atas kiranya sudah cukup bagi kita untuk mengetahui tentang asal kata, arti kata, dan pengertian kata “tasawuf” sekaligus untuk mengambil kesimpulan ke dalam tiga materi pokok yaitu :
1) Semua definisi atau pengertian di atas berobyek kepada masalah yang berkaitan dengan keberadaan diri dan Ilahi.
2) Semua pengertian tersebut cenderung menguraikan laku rohani seorang insan dalam berhubungan dengan Tuhannya dan dengan makhluk lain.
3) Laku seseorang dalam berhubungan dengan Tuhan dan berhubungan dengan makhluk lainnya itu harus berjalan di atas landasan Al Qur’an dan Sunnah Nabi.
4) Tujuan akhir bertasawuf adalah untuk mendapatkan pengalaman ber-Tuhan melalui jalan mukhasyafah atau musyahadah, kemudian mengaplikasikannya dalam sifat dan sikap serta tingkah laku yang mengarah kepada sifat-sifat terpuji.
Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas, penulis mencoba membuat satu definisi tentang “tasawuf” yaitu usaha untuk mengenal diri dan Ilahi. Tujuan akhir dari mengenal diri dan Ilahi adalah untuk mendekatkan diri kepada Ilahi dan menumbuhkan sifat-sifat Ilahi yang terpuji dalam berinteraksi antar diri dan dengan Ilahi.
Dengan definisi tasawuf yang dibuat oleh penulis, maka kajian Ilmu tasawuf sebagai ilmu untuk mengenal diri dan Illahi akan dibagi menjadi 3 (tiga) aspek atau bagian sesuai dengan ciri khas yang selalu dimiliki oleh setiap Ilmu Pengetahuan, yaitu :
Aspek Ontologi Ilmu Tasawuf
Dalam aspek ini kita akan membahas hakikat apa yang dikaji oleh Ilmu Tasawuf. Karena obyek yang menjadi pokok bahasan Ilmu Tasawuf adalah mengenai diri dan Ilahi maka aspek ontologis yang akan kita kaji secara garis besarnya adalah sebagai berikut :
Pengkajian tentang diri, baik eksistensi maupun esensinya dipandang dari segi lahiriah maupun rohaniah berdasarkan dalil aqli dan dalil naqli.
Pengkajian tentang eksistensi dan esensi Ilahi berdasarkan dalil aqli dalil naqli.
Pengkajian tentang status, kedudukan, peran, tugas, kewajiban, dan tangung jawab diri.
Pengkajian tentang hubungan antara manusia dengan alam semesta dan Ilahi.
Dan lain sebagainya, disesuaikan dengan perkembangan landasan ontologi Ilmu Tasawuf itu sendiri.
Aspek Epistemologi Ilmu Tasawuf
Dalam aspek ini kita akan membahas bagaimana caranya mendapatkan pengetahuan tentang mengenal diri dan Ilahi, yang secara garis besarnya adalah sebagai berikut :
Pengkajian tentang berbagai usaha diri untuk mengenal diri Ilahi, berdasarkan dalil aqli maupun dalil naqli secara teoritis.
Pengalaman cara mengenal diri dan Ilahi dengan laku atau praktek yang bersifat umum.
Pengalaman cara mengenal diri dan Ilahi dengan laku praktek yang bersifat khusus.
Aspek Aksiologis Ilmu Tasawuf
Dalam aspek ini kita akan membahas untuk apa Ilmu Tasawuf itu dipergunakan. Secara garis besarnya aspek aksiologis Ilmu Tasawuf adalah sebagai berikut.
Pengkajian tentang aplikasi Ilmu Tasawuf dalam nilai-nilai kehidupan yang terdiri dari nilai-nilai moral, agama, masyarakat, negara dan universal, berdasarkan dalil aqli dan nqli.
Mengkaji tentang aplikasi Ilmu Tasawuf dalam konteks hubungan dengan diri, hubungan diri dengan alam semesta dan hubungan diri dengan Ilahi.
Dan lain sebagainya, disesuaikan dengan situasi dan kondisi perkembangan peradaban manusia.