Janganlah Bersyahadat Palsu


Syahadat-musyahadah-syuhada-syahida artinya saksi, penyaksi, kesaksian, menyaksikan, bersaksi. Jadi syahadat artinya saksinya seorang penyaksi yang menyaksikan kepada siapa dia bersaksi. Kalau kita bersyahadat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka kita harus menyaksikan kehadiran Allah dan Rasul-Nya,kalau tidak menyaksikan, maka saksi kita adalah saksi palsu dan syahadatnya batal.

Intinya syahadat bukan sekedar ucapan belaka tanpa disertai penyaksian, tetapi kesaksian yang muncul berdasarkan pengalaman langsung menyaksikan kepada siapa kita bersaksi. Sehingga kita benar-benar menjadi saksi mata bukan sekedar saksi kuping apalagi cuma saksi mulut.

“Dosa syahadat palsu sebanding dengan dosa menduakan Tuhan” (HR. Abu Daud, Turmudzi, dan Ibnu Majjah)

“Dosa-dosa yang paling besar ialah syirik kepada Allah, menyakiti kedua orang tua dan syahadat palsu”. Beliau masih terus mengulangi kata-kata itu, sehingga kami (para shahabat) berkata : “Kenapa beliau tidak mau diam?” (HR. Bukhari dan Muslim )

Janganlah kita menyepelekan dua kalimat syahadat yang selama ini kita anggap hanya sebatas kalimat yang harus dihafal dan diucapkan semata, karena tanpa dua kalimat itu maka keislaman kita tidaklah syah. Itulah faham yang selama ini ada dibenak kita, syahadat hanya sekedar sebuah kalimat simbol keislaman, namun pernah kah kita mau sedikit berfikir apa alasan yang mendasar sehingga syahadat itu diberikan posisi teratas dalam proses keislaman kita ?

Hakekat syahadat adalah persaksian, persaksian antara hamba dan Tuhannya. Mengapa harus ada dua kalimat ? karena jika hanya satu yang bersaksi maka pihak yang lain tak bersaksi, karena didalam syahadat itu ada dua pihak yang bersaksi, yaitu hamba dan Tuhannya. Dimanakah posisi kita dalam dua kalimat syahadat ? Hambakah ? ataukah Tuhan ?

Siapa yang bersaksi dan apa yang kita saksikan ? Disinilah asal muasal sebuah kalimat " jika engkau mengenal dirimu, maka engkau akan mengenal Tuhanmu tapi jika engkau sudah mengenal Tuhanmu, maka engkau akan jahil atas dirimu"

Ketika kita sudah jahil atas diri kita maka naiklah maqam kita ketingkat syahadat selanjutnya yaitu seperti yang terekam dalam surat 20 : 14

"Sesungguhnya Aku ini Allah, tidak ada Tuhan selain Aku. Maka sembahlah dan dirikanlah sholat untuk mengingat Aku".