Sholat Penikmat Cahaya

Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda : "Hiburan dalam pandanganku dijadikan di dalam sholat"
Hiburan yang paling Hakiki hanya bisa didapatkan ketika kita sholat, yang didalamnya kita menyaksikan kehadiran Nur Allah. Agar sholat Anda tidak menjadi ria di hadapan makhluk Allah lainnya, maka Sholat khusus peminat Cahaya Allah di hadirkan di malam hari, yaitu Tahajjud. Nah silakan berlama-lama ketika Anda bertahajjud, nikmati lama Anda yang sebentar itu bersama Cahaya-Nya. Sedangkan untuk Sholat wajib, dan terlebih lagi di kala Anda menjadi Imam, maka Anda disunnahkan melihat kondisi makmun, sehingga dilarang berlama-lama jika makmum Anda heterogen usianya dan heterogen keperluannya atas dunia. Jika ingin lebih lama bersama Cahaya-Nya, maka lakukanlah di malam hari...
"Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke Maqom (Nur) Muhammad. (Q.S. 17 : 79)"
Sahabat Cahaya...
Perhatikanlah, berikut adalah salah satu do’a yang populer dibaca setelah Sholat Tahajud :
“Ya Allah berikan cahayaMu kepada hatiku, Ya Allah berikan cahayaMu kepada penglihatanku, Ya Allah berikan cahayaMu kepada pendengaranku, Ya Allah berikan cahayaMu dari sebelah kananku, Ya Allah berikan cahayaMu dari sebelah kiriku, Ya Allah berikan cahayaMu dari atasku, Ya Allah berikan cahayaMu dari bawahku, Ya Allah berikan cahayaMu dari depanku, Ya Allah berikan cahayaMu dari belakangku, Ya Allah berikan cahayaMu kepada diriku
Dalam Alquran ada DUA istilah yang berkenaan dengan CAHAYA yaitu NUR dan DHIYA’. Nur adalah Cahaya secara umum, sedangkan Dhiya’ adalah Cahaya yang lebih khusus. Dhiya adalah sumber cahaya, Benda yang ber-Dhiya maka pasti ber-Nur, sedangkan benda yang ber-Nur, belum tentu sebagai Dhiya’.
Perhatikanlah firman Allah berikut :
“Katakanlah: "Terangkanlah kepadaKu, jika Allah menjadikan untukmu malam itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang (Dhiya’) kepadamu? Maka Apakah kamu tidak mendengar?" (Q.S. 28:71)

Kemudian Perhatikan pula firman Allah yang ini :
“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar (Dhiya’) dan bulan bercahaya (Nur) dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.” (Q.S. 10:5)

Subhanallah, Matahari sebagai sumber cahaya disebut dengan istilah Dhiya’, sedangkan Bulan sebagai Pemantul cahaya matahari disebut sebagai Nur. Namun tetap saja, Dhiya dan Nur atau Matahari dan Bulan, keduanya adalah ber-Cahaya. Perbedaannya hanyalah yang satu sebagai SUMBER Cahaya, dan yang kedua sebagai PEMANTUL Cahaya.
Sebagaimana yang disebut pada Q.S. 17 : 39, disana diibaratkan bahwa Allah sebagai Dhiya, Sumber Cahaya langit dan bumi. Dengan demikian wajar Rosulullah sering dibaratkan sebagai Bulan, yang memantulkan cahaya dari Alllah SWT, itulah Nur Muhammad SAW. Dan sesungguhnya, apapun KEBENARAN yang ada di alam semesta ini adalah NUR Allah SWT, hanyalah pantulan Cahaya sejati dari Allah yang berstatus sebagai MAHA DHIYA’ (MAHA SUMBER CAHAYA).
Dan kewajiban kita di muka bumi ini adalah kembali kepada CAHAYA ALLAH (Nurullah), bukan kembali kepada ZAT ALLAH (Dzaatillaah), karena memang kita tidak mampu melihat ZAT ALLAH, dan menyatu dengan ZAT ALLAH. Tapi kita bisa menyatu dengan CAHAYA ALLAH. Jadi bukan WihdatulWujud, namun WihdatunNuur. Sebagaimana yang sering ALLAH perintahkan kepada kita.. “Minazzulumaati ilannuur..” yang artinya, “Dari keGELAPAN menuju CAHAYA”, dan di Al-Quran tidak ditemukan firman Allah yang berbunyi, “Minazzuluumati ilad-dhiyaa’”..
Banyak sekali PERUMPAMAAN2 yang ada di Al-Quran. Dan, Jika di Al-Quran ada ayat yang mengeluarkan kosa kata "Nyamuk" sebagai perumpamaan, maka agar jelas apa maksud dari ayat tersebut, kita diharuskan memahami apakah Nyamuk itu. Begitupun, ketika di Al-Quran begitu banyak istilah CAHAYA, maka kita harus memahami, baik secara fisik ataukah metafisik, apakah ARTI dari CAHAYA itu, dan Mengapa perumpamaan CAHAYA begitu populer di Al-Quran. Dan ini semua tentunya agar kita memahami Al-Quran dengan lebih baik, memahami Islam dengan lebih bijak...